“Mau belajar? Belajarlah dari teori-teori yang ada! Tapi ingat, integritas bukan sekedar teori,” Andrian Gostik & Dana Telford.
Ada banyak teori yang bertebaran mengenai integritas di era
sekarang ini. Cukup dengan mengetik kata “integritas” di kolom fungsi pencarian
dari telepon genggam atau “gadget” lainnya maka kita akan mendapatkan hasilnya.
Namun, apakah masalahnya selesai? Tentu tidak. Integritas tidak semudah
mengucapkan namun tidak sesulit yang ada dipikiran. Pilihannya hanya ada dua
yakni mau atau tidak.
Sederhananya, integritas itu kesesuaian antara nilai-nilai
yang ada, yang diucapkan, dengan tindakan. Tindakan di sini bukanlah tindakan
ketika orang sekitar melihat. Karena di dalam (maaf) toilet pun integritas itu
seharusnya berlaku. Sehingga penting disadari bahwa teori hanyalah tangga
pertama untuk memahami sesuatu dalam hal ini integritas. Dan kedua ialah
kesadaran akan pentingnya integritas, yang selanjutnya ada penanaman
nilai-nilai integritas tersebut ke dalam diri. Terakhir dan yang paling penting
ialah melakukannya.
Bagi seseorang yang sudah memiliki integritas itu maka
dengan mudah ia berkata bahwa dia tidak lagi butuh sebuah teori, dia juga tidak
butuh ketenaran, dia yakin bahwa integritas ialah jalan yang harus ditempuh.
Jadi, tak ada yang perlu didefinisikan atau dipamerkan, cukup dijalani dengan
sungguh-sungguh dan berkelanjutan.
Berbeda dengan lingkungan kita saat ini, sebut saja di
negara Indonesia. Di Lingkungan kita sendiri integritas itu dianggap sebagai
keset. Contohnya ialah ketika seorang anak sedang melaksanakan ujian. Anak itu
punya pepatah bodoh dan diyakini oleh kebanyakan orang bahwa mencontek itu boleh
asal tidak ketahuan. Sama saja dengan moto yang bernada serupa yakni mencuri
itu tidak apa-apa asal tidak ada yang melihat. Miris ketika mendengar
pernyataan itu. Integritas itu tidak berbicara tentang mata kawan! Melainkan
hati! Camkan itu baik-baik di dalam hati kita masing-masing.
Integritas itu bukan tentang nilai seperti nilai 90 dari
100, melainkan tentang sikap dan perilaku. Integritas bukan hanya di
organisasi, bukan pula di dunia pendidikan saja, bukan terkotak berlaku di
pemerintahan, tetapi di segala aspek kehidupan, di kehidupan sehari-hari dan di
segala tempat disepanjang waktu.
Integritas juga berlaku ketika kita berteman, ketika kita
makan, ketika di lingkungan kerja, ketika di kamar, ketika di dalam angkutan
umum. Ketika di jalan, pun ketika hidup bersama masyarakat apalagi ketika
mengemban tugas sebagai wakil masyarakat yang katanya ingin mengembangkan
potensi lokal demi mendukung terwujudnya salah dua cita-cita negara Indonesia
yakni memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang
termaktub di Pembukaan UUD 1945.
Terakhir sebagai penutup, ketahuilah sesungguhnya seseorang
yang telah mengetahui akan sesuatu yang baik dan bermanfaat tetapi tidak
dilakukan merupakan salah satu bentuk atau ciri seseorang yang tidak memiliki
integritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar