Sabtu, 29 September 2012

"Hal Yang Kecil Menjadi Kekuatan"

Mungkin beberapa dari kita sudah pernah baca suatu topik tentang pentingnya karyawan, bahkan karyawan terendah sekalipun, dalam setiap perusahaan. Sebenarnya tulisan ini hanya mengingatkan lagi memang betapa pentingnya mereka. Seperti beberapa tulisan menganalogikannya bagaikan angka dari 9 sampai ke 0, seperti itu jugalah tulisan ini.
...
Ceritanya ialah memperebutkan status yang paling terbaik, baik dari segi bentuk maupun dari fungsinya, diantara kesepuluh angka tersebut. Begini singkat ceritanya:
...
Angka 1.
"Akulah yang terbaik dari yang terbaik, semua orang juga tau menjadi yang nomor 1 itu ialah impian dalam setiap kehidupan."
...
Angka 2.
"Bukankah kita semua pernah dengar bahwa lebih baik dua dari pada sendiri, jadi tentulah aku yang terbaik. Di dunia ini siapa yang mau jomblo seumur hidup?, bukankah berebut mencari pasangannya masing-masing?. Jadi tidak salah kukatakan, akulah yang terbaik."
...
Angka 3.
"Tentulah aku yang terbaik, bukankah aku sering disebut disetiap fenomena alam. Contohnya, ada yang bangkit diantara orang mati pada hari yang ketiga. Pemain smack down juga ada, judul film india juga ada, hukum newton ada berapa?, bahkan di ujung tombak dewapun aku ada. Alam aja mengakuiku sebagai yang terbaik, kenapa kalian tidak?."
...
Angka 4.
"Aku yang terbaik baik karena aku konsisten ketika dijumlah dan dikali. Tidakkah kalian menyadari ketia 2+2=2*2=4, itu bentuk keseimbanganku juga. Tentulah kita semua tau berapa jumlah kaki meja, kursi, dan orang kaya biasanya sering memakai kendaraan roda berapa?. Kalau bukan aku, siapalah yang terbaik diantara kita?."
...
Angka 5.
"Aku memang tidak neko-neko, tapi apa kalian tau mengapa para pekerja bisa pulang dari kantor?, tentu karena aku. Jadi aku bisa memberikan ketenangan bagi semua orang."
...
Angka 6.
"Hmmm, aku pernah dengar 6 hari lamanya Tuhan menciptakan alam dan seisinya ini. Selain itu, dalam dunia olah raga aku sering dipakai. Contohnya saja jumlah lubang meja bliard, angka terbesar domino, dll. Apa itu kurang?."
...
Angka 7.
"Memang benar Tuhan bekerja menciptakan semua itu dalam 6 hari, tapi pada hari yang keberapakah Dia beristirahat?. Lagian, semua orang pasti tau isitilah langit ketujuh, 7 sorga, dan dipakai dalam memperkenalkan jumlah warna pelangi. Aku yang terbaik, jadi jangan ribut lagi."
...
Angka 8.
"Akulah satu-satunya yang paling simetris. Yang paling ditakuti di permainan bliard itu aku, tapi yang dapat menentukan menang atau kalah juga aku. Siapa yang bisa sepertiku?."
...
Angka 9.
"Tak ada gunanya kalian berdebat kawan, aku memang tidak sehebat kalian. Tapi setidaknya banyak orang yang mengatakan kalau wali itu ada 9. Lagian sudah jelaskan, angka tertinggi itu yah 9, tidak mungkin 8 apalagi 1, haha."
...
Angka 0.
"Siapalah aku ini, aku tidak ingin bersaing dengan kalian, karena aku pasti kalah. Tapi satu pesanku, kalian jangan pernah lupakan aku. Aku senang kalian anggap yang terkecil dan terbelakang, tapi mempunya fungsi yang sangat baik. Karena akupun tidak ingin merugikan kalian semua. Ingatlah pesanku ini. Jika kalian berdiri dan ingin menjadi yang terbaik dan terbesar, maka letakkanlah aku dibelakang kalian, aku akan membesarkan kalian. Tapi jangan letakkan aku didepan kalian, karena aku tidak akan menjadi dampak yang baik, justru aku bisa membuat kalian menjadi semakin kecil."
...
Begitulah renungan dari contoh atau analogi deret angka tersebut. Terkadang kita sering ingin menjadi yang terbesar tanpa peduli dengan yang kecil atau yang dibelakang kita, padahal tanpa mereka kita tidak akan bisa menjadi besar. Dan bahkan lebih sering kita di perusahaan atau di dalam lingkungan sehari-haripun, pertemanan atau persahabatan, kita sering mengacuhkannya. Bukankah merekalah yang akan "mewarnai" kehidupan kita. Bukankah tanpa karyawan kecil, bos besar takkan berarti apa-apa?.
...
Ada banyak pesan tersirat ataupun sudah tersurat. Sekarang tinggal kemauan kita untuk berubah dan mengambil nilai positifnya. Pesan terakhir, jangan pernah mengacuhkan mereka kaum kecil apalagi sempat untuk menyakitinya.
...
@ricolg

Selasa, 25 September 2012

Dewasa Rohani


Pengalaman hidup yang positif, dapat membuat kita semakin bertumbuh dalam Tuhan. Menjadi lebih dewasa, menghadapi ketakutan dan kegagalan yang bisa terjadi kapan saja. Lalu apa pengertian dewasa itu, ini merupakan suatu pertanyaan yang sangat penting agar kita dapat mengejar target, yaitu menjadi dewasa.
...
Ada sebuah analogi dalam kehidupan sehari-hari kita. Masih ingatkah kita sewaktu dilahirkan? Tentu kita tidak dapat membayangkannya, sebab saat itu kita belum mampu menggunakan memori ingatan seperti saat ini. Tapi setidaknya kita pernah melihat anak dibawah 1 tahun, bukan?. Sekedar informasi, dikatakan bahwa manusia yang paling egois ialah ketika dia masih kecil.
...
Hal itu dapat kita lihat dari prilaku sehari-harinya. Semua keinginannya harus terpenuhi, saat dia kencing, celananya harus segera diganti. Selain itu disaat dia lapar, tidak boleh terlambat memberinya makan. Saat ada yang mengganggu dan dia tidak merasa nyama, harus segera dilayani ibunya. Paling egoisnya ialah dia tidak tahu menahu keadaan ibunya, apakah sedang lelah, baru pulang berladang, dan lain sebagainya.
...
Selain itu juga dapat kita lihat ketika anak beranjak 1-5 tahun. Anak diusia ini bukan hanya egois, tapi juga akan membawa keributan kesana-sini. Contohnya dalam hal mainan, ketika dia punya mainan dia tidak ingin diganggu oleh orang lain termasuk teman sepermainannya. Bahkan yang lebih parahnya, mainan temanpun dianggap mainannya sendiri. Namun seiring berjalannya waktu, diusia 6-12 tahun anak ini akan mulai belajar dari sebuah konflik.
...
Dan semua itu berawal dari menyadari pentingnya teman dalam sebuah pergaulan (permainan). Kita diusia 6-12 tahun sudah mulai bisa meminjamkan mainan ke teman kita. Demikian juga mainan teman sudah bisa kita pakai. Dari situ bisa kita lihat bahwa si anak sedang mengalami proses pertumbuhan menuju dewasa dan mulai mencoba mengerti akan kehidupan yang sesungguhnya, terutama dalam hal iman.
...
Namun konflik yang dihadapi masa kanak-kanak tidak sebanyak konflik yang dihadapi ketika beranjak ke usia remaja. Sehingga seharusnya remaja lebih dewasa dari kanak-kanak. Hal itu bisa dilihat dari bagaimana remaja menyelesaikan sebuah masalah. Konflik yang disimpan dan dipendam sebagai dendam tidak akan menjadikan kita lebih dewasa. Sebab pikiran negatif akan menghambat kita untuk berpikir luas, inilah yang akan menghambat kedewasaan kita. Namun untuk kedewasaan iman akan dilihat dari cara remaja mendekatkan diri dengan Tuhan, yaitu hubungan pribadinya dengan Tuhan.
...
Namun ketika usia kita beranjak di atas 20 tahun, semakin banyak konflik yang kita hadapai, dan semakin banyak parameter kedewasaan yang dapat dilihat. Mungkin untuk  kedewasaan pola pikir tidak jauh berbeda dari parameter saat remaja, yaitu bagaimana cara kita menyelesaikan sebuah masalah. Tapi untuk kedewasaan rohani, kita bisa lihat dari motivasi dia melakukan sesuatu.
...
Misalnya kuliah, apa motivasi kita untuk kuliah di universitas yang kita mau, dan mengambil jurusan yang kita mau. Apakah hanya untuk diri kita sendiri, supaya kita dapat menunjukkan keadaan kita ke teman-teman. Pamer dengan posisi yang kita dapatkan, dan bermegah diri. Apakah hanya untuk masa depan agar dapat kerja diperusahaan terkenal, gaji besar, dll. Semua itu hanya berhubungan dengan status diri sendiri. Lalu apa bedanya kita dengan anak kecil yang baru berusia dibawah 1 tahun itu.
...
Contoh lain ialah disaat kita berpacaran. Apa motivasi kita berpacaran dan bagaimana cara kita memilih pasangan kita akan dapat menunjukkan seberapa dewasa kita. Apakah kita berpacaran hanya sekedar gengsi kalau tidak punya pacar. Lalu apakah kita memilih pacar kita yang cantik/ganteng agar dapat dipamerkan ke teman. Bukankah semua itu juga berhubungan dengan posisi dan status diri sendiri. Lalu kapan kita akan berubah dan tidak seperti kanak-kanak lagi yang hanya mementingakan diri sendiri.
...
Bukankan seharusnya sebagai seorang dewasa memilih kuliah karena itu suatu kebutuhan seiring perkembangan jamannya, menambah ilmu agar ilmunya bisa digunakan kelak dan dibagikan kepada sesama yang kurang beruntung (tidak dapat kuliah). Selain itu belajar bersyukur sebab itu salah satu karunia Tuhan, sehingga kuliah agar menjadi berkat bagi banyak orang, atau bangsa ini.
...
Bukankah juga pacaran itu sebagai bentuk persiapan berumah tangga, dan inipun karunia yang harus disyukuri. Sehingga dalam memilih pasangan tidaklah sembarangan, asal dia cantik/tampan. Seharusnyalah pasangan yang kita jadikan istri kelak yang sepadan dengan kita, yaitu sevisi dan semisi. Sebab dialah yang akan menemani kita kelak sampai kita dipanggil mengahadap Tuhan.
...
Selain itu hubungan kita dengan sesama juga dapat menunjukkan seberapa dewasa kita. Kita dapat melihat kehidupan teman saya, Yeremia, orang-orang membencinya karena Tuhan. "Janganlah bernubuat demi nama TUHAN”, itulah yang disebutkan orang-orang ketika dia sedang berhubungan dengan lingkungannya. Lalu bagaimana kalau kita sekarang berada diposisinya, mungkin kita sudah mundur. Meskipun kita semua juga tau ada perintah “kasihilah sesamu termasuk musuhmu seperti dirimu sendiri”. Dari situlah akan terlihat seberapa dewasa kita dalam hal rohani.
...
Namun dalam hal pola pikir. Kita ambil contoh penentuan jurusan dalam suatu universitas. Semua kita pasti sudah tau bahwa ada hal yang paling susah untuk kita hadapai dalam dunia ini, yaitu diri sendiri terutama dalam hal hawa nafsu. Setiap kita pasti punya impian dan harapan yang ingin kita capai. Bagaimana sikap kita jika keinginan itu tidak tercapai dapat menunjukkan apakah kita sudah dewasa atau belum.
...
Banyak dari kita pasti akan timbul perasaan kecewa, dan kekecewaan ini akan menimbulkan iri dan benci. Pada akhirnya kita akan membanding-bandingkan diri kita dengan yang lain. Itulah bentuk ketidakdewasaan kita menyikapi suatu masalah. Bukankah seharusnya kita menyadari betapa adilnya Tuhan itu, dia memberikan talenta yang berbeda-beda untuk hambanya. Seharusnyalah kita mensyukuri apa yang kita dapatkan dan kita punya saat itu, dan yang terpenting lagi ialah bagaimana cara kita menggunakan talenta itu.
...
Selain itu kita juga harus menyadari, bahwa pamer yang berupa keinginan untuk mendapatkan  penghargaan dan pengakuaan dari seseorang merupakan bentuk kekanakan dan egois. Hal itu harus kita jauhkan dari diri kita sebagai seseorang yang dewasa  rohani dan juga dewasa pola pikir. Segeralah kita menyadari bahwa kita melakukan semua itu harusnya untuk Tuhan, inilah bentuk kedewasaan itu.
...
Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini. Bertanyalah kalau kita tidak mengerti, karena dengan bertanya kita akan mendapatkan pandangan yang berbeda. Dan janganlah menjadi seorang rohani yang tidak bisa menggunakan otaknya untuk berpikir, sebab pola pikir kita juga mempengaruhi kedewasaan kita. Sebab alkitab bukan untuk ditelan bulat-bulat tanpa menggali makna yang sebenarnya.
...
Jangan seperti murid-murid Yesus yang tidak mengerti akan tujuan gurunya tapi mereka tidak bertanya. Mereka ribut akan posisi atau status mereka dihadapan sesamanya, bukankah itu bentuk ketidakdewasaan mereka. Namun kesalah itu ditanggapi Yesus dan membawa mereka ke arah yang lebih baik. Mereka yang menerima masukan itu, ialah mereka yang mau dewasa, baik pola pikir maupun iman.
...
Renungan buat kita, siapakah teladan hidup kita?. Apakah selama Ia ada di dunia, dalam rupa yang terlihat, pernah mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan (secara langsung). Pernakah dia berkata, “Layanilah Aku, sebab Aku Tuhan”. Tapi justru Dia berkata, "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku". Hal itulah yang dilontarkanNya di depan muridnya yang sedang bertengkar dan mempeributkan siapa yang terbesar diantara mereka.
...
Itulah beberapa contoh dari ketidakdewasaan dan juga kedewasaan seseorang dalam hidup ini. Sekarang bagaimana seharusnya kita, itu sudah bisa tergambarkan, bukan?. Selamat belajar kawan!.
...
By : ricolg