Senin, 15 April 2013

Tidak Ada Pelajaran Yang Tidak Sakit



Kejujuran itu memang sakit, tapi itu ibarat meminum air panas ketika kita kepedasan, rasanya sakit sekali. Namun, semua itu tidak akan bertahan lama, karena obatpun rasanya pahit.

Dahulu kala, disaat aku kecil, sebut saja saat aku masih sekolah SD hingga SMA, hidup keluargaku memang susah, tapi segala prestasi yang kuinginkan pasti tercapai. Namun, aku tidak mendapat pelajaran berharga saat itu di luar prestasi akademik.

Setelah aku beranjak dewasa, aku mulai hidup sendiri, tanpa pengawasan kedua orang tua atau pihak tertentu, aku mulai terpikirkan mengenai kehidupanku yang sesungguhnya. Aku bertanggung jawab bukan hanya kepada diri sendiri, tapi juga kepada orang lain yang berada di kejauhan sana.

Namun, di jenjang kedewasaanku, aku justru terjatuh dan justru lebih sering terjatuh hingga hampir susah untuk bangkit lagi. Segala hal yang terpikirkan dan ingin kuraih, tidak satupun yang terkabul. Bukan hanya di bidang akademik, di luar akademikpun aku sungguh kewalahan untuk meraihnya.

Sampai akhirny aku menemukan titik kejenuhan, disaat aku terjatuh untuk yang kesekian kalinya, dan tenagakupun habis, sehingga aku tidak bisa bangun lagi. Bahkan, untuk membuka matapun aku sudah tidak mampu.

Pelajaran yang dapat kubagikan kepada teman-teman pembaca ialah tetaplah bersyukur atas apa yang kita dapatkan. Hidup itu ibarat pendaki gunung, lebih memilih berjalan di tanah yang berbatu dan berdebu dibandingkan dijalan yang halus dan licin. Ketahuilah juga bahwa segala sesuatu harus melalui proses, ibarat pengendara sepeda, lebih aman mengendarainya dengan santai dibandingkan kebut-kebutan, sebab jika kebut-kebutan tidak lama lagi dia akan terjatuh, rasanya akan lebih sakit.

Inilah kejujuran Tuhan kepadaku, sakit tapi begitu indah. Dia mewarnai hidupku dengan warna yang lebih sempurna dibandingkan pelangi, dan bahkan lebih wangi dibandingkan bunga mawar, dan lebih manis dari madu kembang yang ada di taman.

Saat ini hidupku seperti ini, tapi suatu saat aku yakin hidupku pasti akan lebih berharga dan lebih indah dari ini. Namun, aku tetap menyerahkan semuanya kepada yang empunya otoritas tertinggi, hanya Tuhan yang tahu bagaimana aku, kamu,dan  mereka semua kedepannya. 

15 April 2013
“Tidak Selamanya Yang Kita Inginkan Harus Tercapai Saat Ini Juga”

Selasa, 05 Februari 2013

Berandai!



Kalau aku jadi PRESIDEN RI, satu hal komitmen dasarku ialah mencintai apa yang ada di Indonesia. Salah satu contoh yang paling sederhana ialah mencintai bahasa persatuan, bahasa INDONESIA. Untuk merealisasikan itu, harus ada sifat “pemaksaan” melalui peraturan yang berlaku.

Salah satu peraturan yang akan kubuat ialah mengatur agar setiap perusahaan, organisasi, ataupun berbagai jenis kegiatan lainnya di dalam ruang lingkup Indonesia menggunakan bahasa Indonesia. Karena menurutku, jika aku mencintainya, tidak ada alasan untuk berkata "tidak" atau bertanya "mengapa?" untuk hal itu.

Renungan

Kita bisa berkaca dari kehidupan jaman sekarang (tanpa melihat jaman dahulu), bahasa Indonesia tidak lagi menjadi bahasa prioritas utama. Bahkan yang lebih parah, bangsa lain telah “memperbudak” bahasa persatuan kita. Semua itu kita terima hanya karena uang, uang, dan uang lagi.

Dahulu tidak ada, lalu sekarang ada, tapi ingatlah suatu saat akan menjadi tiada, itulah hikayat kehidupan suatu benda atau barang. 

Oleh karena itu, peliharalah CINTA  untuk hal yang lebih bermakna. Karena cinta tidak akan sirna bahkan sampai kematian sekalipun.

RRLG