Sabtu, 09 Desember 2017

Saya (BUKAN) Gagal Move-on Dengan AHOK

"Saya (BUKAN)  Gagal Move-on Dengan AHOK"
"Jadi bagi saya, serapan anggaran penting. Tapi kalau disuruh pilih (anggaran) terserap sama tercolong, saya pilih (anggaran) tidak terserap. Karena rumusnya cuma satu, terserap pasti dicolong, lebih dari setengah. Ya sudah enggak usah diserap, tahan" Ahok!
Di negara kita, Republik Indonesia, penyerapan anggaran menjadi perhatian serius. Wilayah manapun yang tidak bisa menyerap anggaran dengan maksimal, menuju dihabiskan, berarti pemimpinnya perlu diperhatikan khusus bila penting dikecam habis-habisan.

Biasanya wilayah-wilayah yang belum sempat menggunakan atau menyerap dana yang ada hingga beberapa bulan menuju akhir tahun, maka akhir tahun akan menggelontorkan beberapa kegiatan atau bangunan untuk mencapai target, menyerap secara maksimal. Sah saja dana yang terserap kalau memang sesuai peruntukannya, tapi bagaimana fakta di lapangan?

Para pemimpin wilayah akan dengan senang* hati untuk menghabiskan anggaran yang ada, itu bisa dipastikan. Namun berbeda dengan AHOK. Beliau berhasil menyadarkan, setidaknya saya, pemimpin negara ini bahwa patokan anggaran bukanlah penyerapan semata melainkan peruntukannya.

Sekarang sudah memasuki bulan Desember atau akhir tahun. Coba lihat di sekitar kita apa yang terjadi dengan wilayah dimana kita berada. Mungkin dari  sebulan atau dua bulan lalu sudah banyak kegiatan siluman atau pembangunan yang perlu dipertanyakan termasuk besaran dan peruntukan dana yang digunakan.

Saya bukan pengikut AHOK, saya tidak kenal beliau. Namun beberapa pernyataan beliau tidak sengaja tertonton* atau terbaca yang membuat saya senyum tersipu-sipu. Maklum, kebanyakan tinggal di hutan jadi cuma ada beberapa hari dalam sebulan untuk membaca berita. Tak ingin karna tak bisa terhindar untuk tidak membaca berita Jagardah.


Oh iya, saya bukan keluarga AHOK loh yah, bukan pendukungnya, bukan temannya, tapi pernah membaca kisahnya dan terbukti kebenaran beritanya. Dan sebelum menutup, yuk lihat kira-kira ada berapa wilayah mulai dari kampung, kelurahan, kecamatan, kabupaten, hingga propinsi, dan juga pusat mengadakan "studi banding" alias "menghabiskan anggaran untuk daya serap tinggi". Ehhh

Kamis, 07 Desember 2017

Hati-hati dengan AGAMA Cuy

"Hati-hati dengan AGAMA cuy"  

Apakah definisi "Devide et Impera"? 

Pertanyaan konyol bukan? Tapi coba jawab jika berkenan...! Dan mari berdiskusi dengan kepala dingin.

Katanya Devide et Impera (DeI)  merupakan  kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan.

Pernahkah juga berpikir dan bertanya konyol "Jangan-jangan adanya agama juga merupakan salah satu bagian dari DeI? Menciptakan* agama lalu mengklaim agama yang satu paling benar dan penghuni surga sedang yang lain adalah ajaran sesat dan penghuni neraka. Dengan kepintaran untuk meraih kekuasaan, agama diadakan/dicetuskan sedemikian rupa sehingga agama menjadi hal yang sensitif dan mengabaikan akal dan pikiran yang tentunya juga bertentangan dengan kodrat manusianya. Padahal dalam kitab beberapa agama tersebut juga diakui bahwa manusia diberikan akal dan pikiran sebagai pembeda dengan ciptaan lainnya.

Mengapa tidak dipakai akal dan pikiran sehat kita? Mengapa kita harus mengikuti KLAIM dengan buta dan tuli bahwa agama yang kita ikuti merupakan agama keturunan surgawi atau penghuni surga sedang yang lain itu kafir? Jangan-jangan agama hadir salah satu strategi DeI, ehhh. 

Jika benar agama dihadirkan manusia/malaikat/Tuhan(seijinNya?) untuk dijadikan alat atau strategi DeI, maka mungkin di Indonesia tidak akan lama lagi akan ada pertumpahan darah. Apakah dijaman saya, dijaman anak saya, atau cucu saya. Sepertinya tidak akan lama lagi.

Mari sama-sama persiapkan senjata, kecuali saya. Karena saya cukup percaya bahwa urusan setelah mati bukan urusan saya. Saya percaya Maha Pencipta itu ada dan segala sesuatu yang pernah diciptakanNya adalah otoritasNya, sepenuhNya (saya tak peduli tentang surga dan neraka).

Jadi kalau di Indonesia ada perang agama dijaman saya masih ada, paling saya nonton sambil ngopi dan tak lupa tertawa. Kalau mati ya matilah. Kalau hidup ya hiduplah. Silahkan berperang!

Ayo silahkan pikirkan matang-matang dan tanya dengan nakal kepada akal sehat kita, "jangan-jangan kehadiran agama juga merupakan strategi DeI?". 

Bye :P 

_____________________________________________

NB:
- Agama berasal dari bahasa Sankskerta, yang artinya haluan, jalan, kebaktian pada Tuhan (Sang Pencipta). Agama biasa juga diartikan A=Tidak, GAMA=Kacau Balau. Jadi agama adalah tidak kacau balau. 
- Kalau agama yang kita ikuti justru mengundang keributan, apakah itu bisa disebut agama? Mikir*. Itu DeI, sobat! 
- Kalau agama yang kita ikuti menarik kita untuk berbuat ribut dan saling klaim yang terbaik yang terbenar, apakah itu tanda kebaktian kepada Tuhan? Berarti Tuhan kita suka akan keributan dong? Ehhhh