Selasa, 03 Juli 2012

"Saling Mempertajam" (notes aneh yang kujanjikan :P)


Sewaktu dulu aku pernah "bercerita" tentang rantai dan proses pembuatannya. Dan sekarang aku membuka hal itu lagi, namun dengan analogi benda baru. Teman-teman pasti sudah pernah melihat langsung pembuatan cangkul, sabit, parang, rantai, dan bla-bla di tukang pandai besi. Atau setidaknya teman-teman sudah pernah melihat dan bahkan mengenal benda itu.

Suatu saat ketika aku kecil dulu, aku pernah berpikir betapa kerasnya besi dan tidak mungkin bisa dikalahkan benda apapun. Tapi kini aku bercerita untuk kita semua, terutama pembaca yang beruntung, dan untuk berbagi pengetahuan terhadap apa yang aku lihat. Ternyata untuk membuat satu cangkul saja dibutuhkan tiga tenaga yang kuat untuk menempah sebuah lempengan besi. Tukang pandai besi harus membakar besi itu sampai merah dan menempanya dengan palu yang juga terbuat dari besi. Dengan cara berulang-ulang seperti itu (dibakar ditempa, dibakar ditempa), lambat laun besi itu akan berubah bentuk menjadi alat seperti yang sering kita gunakan atau kita lihat (cangkul dsj).

Ada "amsal" yang dicatat dan isinya menjelaskan suatu hal dengan menggunakan analogi proses penempaan besi tersebut untuk menggambarkan proses "penajaman manusia". Manusia akan mampu berpikir kritis apabila mereka terbiasa atau dalam bahasa sebelumnya mereka diasah dan ditempa. Ada banyak cara yang sering dilakukan orang-orang, tapi di dalam "amsal" ini mencatat sangat sederhana, yaitu BERBICARA SECARA TERUS TERANG. Keterus terangan dapat membantu kita melihat dunia melalui mata yang berbeda. Kadang memang benar kata orang, kejujuran akan membuat kita sakit, tidak nyaman, dan membuat orang lain berpikir ulang. Namun hal itu akan lebih baik daripada kita diam dan membiarkan orang lain dalam KEBODOHANNYA.

Bukankah "Lebih baik teguran nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah".

Sekarang bagaimana respons teman-teman ketika ada orang yang berterus terang tentang diri kita, terutama kekeliruan kita? Apakah kita merasa terganggu dan mulai berpikir dengan masalah tersebut? Jika ya, bersyukurlah karena melalui pengalaman itu kita akan semakin tajam dalam berpikir dan bertindak.

gaolmen
inpirated by rmds

Minggu, 01 Juli 2012

Integritas Menembus Profesi


Oleh : Rico Ricardo Lumban Gaol

Melihat kondisi Indonesia semakin hancur, seperti korupsi sering terjadi, pencurian merajalela, penganiayaan disegala bidang, termasuk penindasan kaum lemah yang seakan-akan menunjukkan bahwa kita bukan makhluk sosial lagi. Sehingga tidak salah kalau ada lirik sebuah lagu dari bung Roma, bahwa yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin akan semakin miskin. Hal tersebut sudah sering kita dengar dan mungkin kita lihat dan rasakan sendiri. 

Banyak juga media cetak maupun media elektronik yang memuat tentang kondisi bangsa kita saat ini. Tentunya hal tersebut terjadi dikarenakan prilaku personalnya maupun golongannya yang sudah hancur, atau dengan kata lain hilangnya integritas dalam setiap diri manusia atau golongannya. Oleh karena itu, kita harus sadari bahwa integritas itu tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial kita, termasuk di dunia profesi.

integritas dan profesi
Jika kita mengulas makna integritas itu sendiri, kita akan sadari bahwa integritas adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk melakukan ini (kamus kompetensi). Dengan kata lain, “satunya kata dengan perbuatan”. Mengkomunikasikan maksud, ide dan perasaan secara terbuka, jujur dan langsung sekalipun dalam negosiasi yang sulit dengan pihak lain.

Oleh karena setiap tindakan atau usaha harus memiliki tujuan yang jelas, maka dalam hal integritaspun harus memiliki indikasinya sebagai tolak ukur keberhasilan. Adapun indikasinya seperti memahami dan mengenali perilaku sesuai kode etik, melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai dan keyakinannya. Selain itu juga bertindak berdasarkan nilai  meskipun sulit untuk melakukan itu, dan bertindak berdasarkan nilai walaupun ada resiko atau biaya yang cukup besar. Nilai disini artinya sesuatu yang dianggap benar oleh semua orang.

Salah satu contoh yang sederhana ialah ketika kita berjanji dengan rekan sekerja atau teman kuliah. Sering sekali kita tidak mengindahkan integritas tersebut, seperti sukarnya untuk tepat waktu. Sangat disayangkan kedepannya kalau kita menjadi pemimpin suatu bidang pekerjaan tertentu. 

Sedangkan profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik dan desainer, serta masih banyak lagi. (Wikipedia)

Menurut saya penting bagi kita menyadari akan prinsip dasar etika profesi. Prinsip dasar etika profesi itu ialah yang pertama tanggung jawab terhadap sesuatu yang kita lakukan dan hasilnya. Kedua ialah Keadilan, dalam hal ini  mengharuskan   kita   untuk  memberikan   kepada   siapa   saja   apa   yang menjadi haknya yang didukung dalam HAM. Selain itu adanya kebebasan atau aturan yang tidak mengekang kaum profesional dalam menjalankan profesinya.

Terkait pernyataan tersebut,  sebuah   profesi   dapat  memperoleh kepercayaan   dari   masyarakat,   bilamana   dalam   diri   para  profesional   tersebut   ada kesadaran untuk memegang etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi  kepada masyarakat  yang memerlukannya.  Suatu gejala agak baru yang menjadi tantangan adalah bahwa sekarang ini perusahaan-perusahan swasta cenderung membuat kode etik sendiri. Rasanya dengan itu mereka ingin memamerkan mutu etisnya dan sekaligus meningkatkan kredibilitasnya dan karena itu pada prinsipnya patut dinilai positif. (http://www.pupukkaltim.com/ina/tatakelola/index.php?act=code)

Oleh sebab itu, sangatlah perlu kesadaran setiap kita bahwa integritas tidak bisa dipisahkan dengan profesi. Pernah mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Kwik Kian Gie mengatakan bahwa ‘corruption is the root of the evil’, korupsi adalah akar dari kejahatan. Jika saya tambahkan dengan mengingat bahwa penyebab terjadinya korupsi adalah sifat keserakahan manusia terhadap segala hal, salah satunya yaitu harta (uang). Sehingga benar jika dikatan bahwa uang adalah akar dari segala kejahatan.

akibat hilangnya integritas dalam lingkungan sosial (profesi)
Secara fisik haruslah kita pahami sesungguhnya tidak ada tindakan sosial yang tidak berhubungan dengan setting tempat, peristiwa dan waktu dimana tindakan sosial tersebut dilakukan. Bisa dikatakan bahwa keberadaan setiap tindakan korupsi adalah tindakan sosial yang tidak bisa lepas dari lingkup masyarakat. Jika kita kaitkan dengan integritas di Indonesia, maka salah satu penyebab  tidak sejalannya antara  sikap dan prilaku yang ada dengan ideal-ideal yang hendak dicapai masyarakat  ke depan itu dikarenakan  telah hancurnya integritas masyarakat baik secara golongan tertentu  dan terutama kepribadian masing-masing orangnya.

Integritas secara sederhana dimaknai sebagai koherensi (kesesuaian) antara perkataan dan perbuatan. Integritas dimaknai pula sebagai prinsip ketaat-asasan perilaku pribadi-pribadi anggota masyarakat terhadap norma ideal yang menjadi acuan atau panutan bagi kehidupan sosial masyarakatnya. Dalam kondisi masyarakat Indonesia saat ini integritas personal, bahkan sosial, ditengarai telah ambruk”, tulisan dari Peneliti Pusat Kajian Transformasi Sosial dan Dosen FISIP UNAIR

Dapat saya katakana bahwa hancurnya integritas dalam bersosial ini bisa dilihat secara langsung dalam berbagai isu yang memenuhi  berbagai media massa nasional, baik media cetak maupun media elektronik, seperti gejala pamer harta. Tentu dengan adanya kecendrungan setiap manusia ingin pamer harta akan menjadi pemacu melakukan tindakan kotor. Contohnya, pemegang keuangan perusahaan mengurangi pemasukan dana dan menuliskan pengeluaran yang besar, demi kepentingan pribadi, yaitu pamer harta. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan sedini mungkin, agar tidak menjalar ke anak-cucu kita nantinya.

pendidikan integritas
Menurut teori modernisasi (Eisenstadt, 1966) adopsi-inovasi bagi berlangsungnya praktik pembaruan masyarakat di negara-negara dunia dilakukan pertama-tama dan bahkan yang terutama melalui ranah pendidikan. Jika ditanya mengapa hal ini dikaitkan dengan pendidikan, tentu karena didunia pendidikanlah pada umumnya manusia-manusia di setiap Negara akan dibentuk pola pikirnya. Selain itu, di dunia pendidikan penerimaan akan suatu hal itu begitu mudah dibandingkan di ruang lingkup lainnya. Realitanya melalui pendidikan juga kita akan keluar  ke dunia kerja atau yang disebut profesi. 

Oleh sebab itu untuk meluruskan pembangunan yang terdistorsi oleh kuatnya orientasi materialisme yang menjadi akar dari segala kejahatan, perlu dilakukan perbaikan sejak dini yakni dengan membangun kembali integritas personal dan sosial bangsa ini yang telah rusak melalui jalur pendidikan. Caranya adalah melalui pembelajaran tentang pentingnya penegakan integritas sebagai bagian dari jati diri setiap manusia dan dari karakter bangsa. Jika dikaitkan dengan ide pendidikan berkarakter maka bisa diasumsikan bahwa pendidikan berkarakter adalah bentuk pembelajaran yang diidealkan bagi bangsa ini, khususnya di dunia profesi ke depan

Sebagai mahasiswa, kita harus menanggapi dari sekian banyak muatan yang bisa dijadikan substansi pendidikan berkarakter, pendidikan integritas semestinya menjadi salah satu pilar utama yang menyangga guna kokohnya bangunan pendidikan berkarakter khususnyaa dan pendidikan nasional pada umumnya. Boleh jadi merosotnya integritas ke titik nadir ini tidak lepas juga dari tergerusnya kepedulian kepada kondisi bangsa yang menuju kondisi semakin kritis. Hal ini ditandai dengan terakumulasinya problem sosial-politik yang tak kunjung tercapai jalan keluarnya, dan yang oleh sebagian pakar ekonomi-politik ditandai sebagai gejala dari ciri terkondisinya ‘negara gagal’.

Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, tapi lihatlah pula rakyat, dan juga pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu haruslah kita punya integritas yang kuat karena perlu disadari kitapun memiliki perihal peran, fungsi (potensi), dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut untuk bangsa ini.
 
contoh realita bangsa
Fenomena yang hampir setiap tahun kita dengar yang sangat menyedihkan adalah ketika para Guru, Dosen, Asisten-dosen yang semestinya jadi panutan atau ditiru (terutama guru). Di dunia pendidikan seperti SD dan SMP gurunya malah menjadi pelaku kotor dan turut dalam “menyelingkuhi dunia pendidikan yang seharusnya ia jaga kebersihannya dari dunia kotor tentu dengan menjaga moralitasnya, bukan malah dengan memberikan bocoran jawaban soal UN, UAS, kepada para anak didiknya. Apalagi dengan alasan demi ‘rating’ sekolahnya.
 
Kalau kita melihat kembali, apa dasar guru melakukan hal itu sangat disayangkan mereka disebut sebagai pahlawan tanpa jasa. Karena meskipun ada dari beberapa mereka berkata bahwa sangat kasihan jika anak-anak didik mereka hanya dinilai kelulusannya dari perwakilan tiga hari saja, sehingga mereka membantu dengan cara pemberian bocoran jawaban ujian. Jika kita pikir-pikir guru tersebut sangat berhati mulia, namun tidak cerdas. Sebab hal baik yang mereka lakukan itu bukanlah cara yang benar, dan hal baik belum tentu hal yang benar. Apalagi mereka tidak memikirkan kedepannya, bisa saja tindakan kecurangan atau yang lagi hangatnya dibicarakan di Indonesia saat ini yaitu korupsi, bisa merupakan implikasi dari tindakan guru-guru tersebut.

Contoh kasus tersebut hanyalah sedikit dari banyak kasus lain, sesunguhnya masih banyak lagi kasus yang terlibat dikarenakan hilangnya integritas dalam diri setiap manusia, seperti hukum yang berlaku, sangat lucu yang benar bisa jadi salah dan sebaliknya. Kemudia sangat mungkin  banyak lagi yang tidak terungkap media, yang terjadi di sekitar kita, bahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang tidak kita sadari. Termasuk berbagai kasus korupsi yang hingga kini tidak dapat terselesaikan sehingga semakin marak terjadi. Oleh karena itu  problem mendasar yang sesungguhnya adalah telah rusak dan hancurnya integritas personal yang menjadi pondasi dikehidupan sosial masyarakat Indonesia yang harus kita benahi.

kesimpulan dan saran
Kejadian atau konflik yang sering kita dengar dan bahkan kita lihat atau ada yang merasakan langsung merupakan tindakan etnis yang sangat merugikan satu sama lain. Artinya sudah kehilangan jati diri sebagai makhluk sosial dan manusia yang berintegritas, atau dengan kata lain tidak ada kesesuaian antara perkataan dan tindakan. Oleh karena itulah rusaknya mental setiap personal rakyat indonesia, tentu bukan tanpa sebab, bisa saja dikarenakan pengaruh lingkungan sekitarnya. Karena itu  pendidikan integritas merupakan kunci penting untuk memahami realitas kehidupan ini. Supaya setiap kita tidak dirusak oleh pengeruh lingkungan yang sudah kotor.

Sebagai pengajar, pendidik atau seorang guru, dosen bahkan kita sebagai mahasiswa haruslah sadar bahwa Indonesia akan semakin hancur kalau kita sendiri tidak ikut campur. Sudah seharusnyalah kita mengubah pola pikir kita, mengubah paradigma kalau kita ini bukan makhluk yang berdiri sendiri, tapi melainkan makhluk sosial. Oleh karena itu setiap kita harus berintegritas, karena Indonesia berada di pundak kita semua. Tentunya kita juga harus mendukung pentingnya pendidikan integritas dan menyebarkan pendidikan ini ke setiap individu yang ada di tanah air ini agar terwujudnya pendidikan integritas di segala bidang termasuk di dunia profesi, sehingga ketika sudah berada di dunia kerja nanti sudah bisa memisahkan mana yang benar dan mana yang salah sesuai dengan norma dan nilai etika yang berlaku, juga sesuai dengan harapan yang dicita-citakan bangsa demi tegaknya integritas bangsa.

Saya menyarankan setiap orang punya prinsip yang menjadi salah satu inspirasi yang harus kita pegang teguh ialah “Mau belajar, belajarlah dari teori-teori yang ada, tapi ingat integritas bukan sekedar teori (Andrian Gostik & Dana Telford)”.