Senin, 26 November 2012

Teman Hidup



Tuhan tidak akan membiarkan dogma menghancurkan kaumnya. Ada yang tau mengapa demikian? Semoga banyak yang tau. Hal ini kutuliskan sebagai “percobaan” apakah dogma itu bisa diolah oleh penerimanya atau hanya diterima mentah-mentah. Jika bisa diolah, artinya ada baiknya dogma ini berlangsung, tapi jika tidak, sebaiknya dogma ini dihilangkan. (baca Matius 6)

Adapun yang dimaksud penulis ialah bukan menghapuskan “dogma” sebagai  metoda tetapi  menghapuskan salah satu metoda dalam dogma yang sudah tidak diyakini kebenarannya. Tak lain ialah mengenai Teman Hidup. Teman-teman mungkin sudah pernah dengar bahwa Jodoh itu di tangan Tuhan. Sehingga jika kita ingin “menggarap” seseorang menjadi teman hidup, kita harus berdoa kepadaNya dan mempertanyakan apakah dialah yang Tuhan jodohkan untuk kita, lalu kita berdoa dan menghabiskan waktu sampai ketemu jawabannya. Hal inilah yang telah dijadikan dogma, apakah hal ini bisa dikatakan sebagai dogma? Kita temukan jawabannya.

Hal itu akan mengundang perpecahan diantara kita, tapi memang kebenaran tidak selamanya diterima, baik mereka yang belum mengenal kebenaran maupun yang sudah menerimanya. Sebelum jauh, baiknya kita definisikan dahulu, apakah itu yang dimaksud dengan teman hidup. Teman hidup ialah apa yang tertulis di Kejadian 24, Kejadian 2, serta 2 Korintus 6. Sederhananya ialah kita harus menemukan pasangan yang sesuai dengan kehendak Allah, ialah yang bersama-sama membangun iman kita kepada Tuhan.

Teman hidup artinya seseorang yang kita cari dan temukan, bukan berarti kita menunggu. Teman hidup itu tidak akan datang kalau bukan kita yang menjemputnya. Kedua ialah teman hidup tak akan tahu kalau kita tidak menyatakan keinginan kita. Ketiga, teman hidup haruslah yang sepadan atau yang bisa saling membangun dan dekat kepada Tuhan. Nah yang ketiga inilah yang sering sekali membuat kita bingung.

Untuk menindaklanjuti hal itu, akhirnya keluarlah dogma, bahwa kita HARUS saling mendoakan. Betapa mentahnya alkitab itu ditelan para pengikutNya. Karena apa? Karena jika kita berharap perilaku Ribka dan Ishak terjadi kepada kita, seharusnyalah kita berdoa tanpa tahu antara yang satu dengan yang lain saling mendoakan. Kedua, seharusnyalah kita berdoa terlebih dahulu sebelum menjemputnya. Ketiga, kita harus terima siapapun yang akan datang setelah doa itu. Lalu pertanyaannya, siapakah yang sudah pernah melakukan hal itu? Yang mencari teman hidupnya tanpa melihat terlebih dahulu wajah ataupun bentuk dari calon teman hidupnya itu? Tentu tidak ada yang berani mengambil resiko.

Lalu apakah dogma tentang teman hidup itu berlaku? Atau kita kurang yakin untuk mengatakan kalau dogma itu tidak berlaku?. Penulis akan berikan contoh lain. Ketika kita ingin menjadikan seseorang menjadi teman hidup, apa yang pertama kita lihat? Tentu wajah dan kedua penampilan, dan terakhir perilakunya. Kalau demikian salahkah penulis mengatakan bahwa kita mencintai seseorang itu hanya karena perhatian dan penampilannya?. Lalu mengapa harus ada embel-embel doa?. Percaya tidak percaya, doamu pastilah akan dipengaruhi oleh perhatiannya selama ini.

Kedua, jika memang kita berdoa ingin mengetahui bahwa benarkah dia yang dipilihkan Tuhan untuk kita, kenapa kita tidak uji dengan mendekati dan mendoakan orang lain? Supaya kita bisa membandingkan antara yang satu dengan yang lain?. Selanjutnya jika kita memberikan kesempatan orang lain juga mendekati kita dan berdoa untuknya, semakin fatallah yang namanya doa di sini. Karena sesungguhnya kitalah yang memilih bukan Tuhan yang memilih. Kalau kita ingin Tuhan yang memilih, berikanlah kriteria atau pertanda di dalam doamu kepada Tuhan, siapakah yang akan dipilihkan Tuhan kepadamu seperti yang terjadi pada ribka dan pemuda yang membawa unta itu. Sesungguhnya tidak ada yang tidak mungkin bagi Dia.

Akhir kata, sepakat atau tidak sepakat, penulis dengan yakin mengatakan bahwa dogma saling mendoakan untuk mendapatkan jawaban Tuhan harus dihapuskan dari ajaran agama kita, karena itu bisa menjauhkan kita dengan kebenaran yang sesungguhnya. Lalu bagaimana untuk menanggapi kata “sepadan” dalam alkitab agar pasangan itu sesuai dengan kehendak Allah? Bacalah tulisan ini sampai berakhir.

Satu hal yang harus kita ingat bahwa ada perintah kita harus melakukan segala sesuatu seperti kita melakukannya untuk Tuhan. Artinya apa? Artinya kita harus melakukannya dengan sepenuh hati. Di sini tersirat bahwa kebebasan itu ada, tapi bagi Tuhan kebebasan itu tidak boleh keluar dari lingkaran kehendakNya. Yang namanya hati, akan luluh dengan perhatian, itu sudah lahiriah. Oleh karena itu, jodohmu ialah yang sesuai dengan hatimu, namun harus kita yakini bahwa kita dan seisi rumah kita harus beribadah kepada Tuhan (Tuhan yang sama pastinya). Akhir kata, masalah jodoh itu menjadi urusanmu karena Tuhan tidak menciptakan kita sebagai robot.

Jangan pernah bernubuat atas nama Allah untuk masalah jodohmu terkecuali memang itulah kebenarannya.

(yang tidak suka, silahkan!!!)

Amin