Selasa, 25 September 2012

Dewasa Rohani


Pengalaman hidup yang positif, dapat membuat kita semakin bertumbuh dalam Tuhan. Menjadi lebih dewasa, menghadapi ketakutan dan kegagalan yang bisa terjadi kapan saja. Lalu apa pengertian dewasa itu, ini merupakan suatu pertanyaan yang sangat penting agar kita dapat mengejar target, yaitu menjadi dewasa.
...
Ada sebuah analogi dalam kehidupan sehari-hari kita. Masih ingatkah kita sewaktu dilahirkan? Tentu kita tidak dapat membayangkannya, sebab saat itu kita belum mampu menggunakan memori ingatan seperti saat ini. Tapi setidaknya kita pernah melihat anak dibawah 1 tahun, bukan?. Sekedar informasi, dikatakan bahwa manusia yang paling egois ialah ketika dia masih kecil.
...
Hal itu dapat kita lihat dari prilaku sehari-harinya. Semua keinginannya harus terpenuhi, saat dia kencing, celananya harus segera diganti. Selain itu disaat dia lapar, tidak boleh terlambat memberinya makan. Saat ada yang mengganggu dan dia tidak merasa nyama, harus segera dilayani ibunya. Paling egoisnya ialah dia tidak tahu menahu keadaan ibunya, apakah sedang lelah, baru pulang berladang, dan lain sebagainya.
...
Selain itu juga dapat kita lihat ketika anak beranjak 1-5 tahun. Anak diusia ini bukan hanya egois, tapi juga akan membawa keributan kesana-sini. Contohnya dalam hal mainan, ketika dia punya mainan dia tidak ingin diganggu oleh orang lain termasuk teman sepermainannya. Bahkan yang lebih parahnya, mainan temanpun dianggap mainannya sendiri. Namun seiring berjalannya waktu, diusia 6-12 tahun anak ini akan mulai belajar dari sebuah konflik.
...
Dan semua itu berawal dari menyadari pentingnya teman dalam sebuah pergaulan (permainan). Kita diusia 6-12 tahun sudah mulai bisa meminjamkan mainan ke teman kita. Demikian juga mainan teman sudah bisa kita pakai. Dari situ bisa kita lihat bahwa si anak sedang mengalami proses pertumbuhan menuju dewasa dan mulai mencoba mengerti akan kehidupan yang sesungguhnya, terutama dalam hal iman.
...
Namun konflik yang dihadapi masa kanak-kanak tidak sebanyak konflik yang dihadapi ketika beranjak ke usia remaja. Sehingga seharusnya remaja lebih dewasa dari kanak-kanak. Hal itu bisa dilihat dari bagaimana remaja menyelesaikan sebuah masalah. Konflik yang disimpan dan dipendam sebagai dendam tidak akan menjadikan kita lebih dewasa. Sebab pikiran negatif akan menghambat kita untuk berpikir luas, inilah yang akan menghambat kedewasaan kita. Namun untuk kedewasaan iman akan dilihat dari cara remaja mendekatkan diri dengan Tuhan, yaitu hubungan pribadinya dengan Tuhan.
...
Namun ketika usia kita beranjak di atas 20 tahun, semakin banyak konflik yang kita hadapai, dan semakin banyak parameter kedewasaan yang dapat dilihat. Mungkin untuk  kedewasaan pola pikir tidak jauh berbeda dari parameter saat remaja, yaitu bagaimana cara kita menyelesaikan sebuah masalah. Tapi untuk kedewasaan rohani, kita bisa lihat dari motivasi dia melakukan sesuatu.
...
Misalnya kuliah, apa motivasi kita untuk kuliah di universitas yang kita mau, dan mengambil jurusan yang kita mau. Apakah hanya untuk diri kita sendiri, supaya kita dapat menunjukkan keadaan kita ke teman-teman. Pamer dengan posisi yang kita dapatkan, dan bermegah diri. Apakah hanya untuk masa depan agar dapat kerja diperusahaan terkenal, gaji besar, dll. Semua itu hanya berhubungan dengan status diri sendiri. Lalu apa bedanya kita dengan anak kecil yang baru berusia dibawah 1 tahun itu.
...
Contoh lain ialah disaat kita berpacaran. Apa motivasi kita berpacaran dan bagaimana cara kita memilih pasangan kita akan dapat menunjukkan seberapa dewasa kita. Apakah kita berpacaran hanya sekedar gengsi kalau tidak punya pacar. Lalu apakah kita memilih pacar kita yang cantik/ganteng agar dapat dipamerkan ke teman. Bukankah semua itu juga berhubungan dengan posisi dan status diri sendiri. Lalu kapan kita akan berubah dan tidak seperti kanak-kanak lagi yang hanya mementingakan diri sendiri.
...
Bukankan seharusnya sebagai seorang dewasa memilih kuliah karena itu suatu kebutuhan seiring perkembangan jamannya, menambah ilmu agar ilmunya bisa digunakan kelak dan dibagikan kepada sesama yang kurang beruntung (tidak dapat kuliah). Selain itu belajar bersyukur sebab itu salah satu karunia Tuhan, sehingga kuliah agar menjadi berkat bagi banyak orang, atau bangsa ini.
...
Bukankah juga pacaran itu sebagai bentuk persiapan berumah tangga, dan inipun karunia yang harus disyukuri. Sehingga dalam memilih pasangan tidaklah sembarangan, asal dia cantik/tampan. Seharusnyalah pasangan yang kita jadikan istri kelak yang sepadan dengan kita, yaitu sevisi dan semisi. Sebab dialah yang akan menemani kita kelak sampai kita dipanggil mengahadap Tuhan.
...
Selain itu hubungan kita dengan sesama juga dapat menunjukkan seberapa dewasa kita. Kita dapat melihat kehidupan teman saya, Yeremia, orang-orang membencinya karena Tuhan. "Janganlah bernubuat demi nama TUHAN”, itulah yang disebutkan orang-orang ketika dia sedang berhubungan dengan lingkungannya. Lalu bagaimana kalau kita sekarang berada diposisinya, mungkin kita sudah mundur. Meskipun kita semua juga tau ada perintah “kasihilah sesamu termasuk musuhmu seperti dirimu sendiri”. Dari situlah akan terlihat seberapa dewasa kita dalam hal rohani.
...
Namun dalam hal pola pikir. Kita ambil contoh penentuan jurusan dalam suatu universitas. Semua kita pasti sudah tau bahwa ada hal yang paling susah untuk kita hadapai dalam dunia ini, yaitu diri sendiri terutama dalam hal hawa nafsu. Setiap kita pasti punya impian dan harapan yang ingin kita capai. Bagaimana sikap kita jika keinginan itu tidak tercapai dapat menunjukkan apakah kita sudah dewasa atau belum.
...
Banyak dari kita pasti akan timbul perasaan kecewa, dan kekecewaan ini akan menimbulkan iri dan benci. Pada akhirnya kita akan membanding-bandingkan diri kita dengan yang lain. Itulah bentuk ketidakdewasaan kita menyikapi suatu masalah. Bukankah seharusnya kita menyadari betapa adilnya Tuhan itu, dia memberikan talenta yang berbeda-beda untuk hambanya. Seharusnyalah kita mensyukuri apa yang kita dapatkan dan kita punya saat itu, dan yang terpenting lagi ialah bagaimana cara kita menggunakan talenta itu.
...
Selain itu kita juga harus menyadari, bahwa pamer yang berupa keinginan untuk mendapatkan  penghargaan dan pengakuaan dari seseorang merupakan bentuk kekanakan dan egois. Hal itu harus kita jauhkan dari diri kita sebagai seseorang yang dewasa  rohani dan juga dewasa pola pikir. Segeralah kita menyadari bahwa kita melakukan semua itu harusnya untuk Tuhan, inilah bentuk kedewasaan itu.
...
Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini. Bertanyalah kalau kita tidak mengerti, karena dengan bertanya kita akan mendapatkan pandangan yang berbeda. Dan janganlah menjadi seorang rohani yang tidak bisa menggunakan otaknya untuk berpikir, sebab pola pikir kita juga mempengaruhi kedewasaan kita. Sebab alkitab bukan untuk ditelan bulat-bulat tanpa menggali makna yang sebenarnya.
...
Jangan seperti murid-murid Yesus yang tidak mengerti akan tujuan gurunya tapi mereka tidak bertanya. Mereka ribut akan posisi atau status mereka dihadapan sesamanya, bukankah itu bentuk ketidakdewasaan mereka. Namun kesalah itu ditanggapi Yesus dan membawa mereka ke arah yang lebih baik. Mereka yang menerima masukan itu, ialah mereka yang mau dewasa, baik pola pikir maupun iman.
...
Renungan buat kita, siapakah teladan hidup kita?. Apakah selama Ia ada di dunia, dalam rupa yang terlihat, pernah mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan (secara langsung). Pernakah dia berkata, “Layanilah Aku, sebab Aku Tuhan”. Tapi justru Dia berkata, "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku". Hal itulah yang dilontarkanNya di depan muridnya yang sedang bertengkar dan mempeributkan siapa yang terbesar diantara mereka.
...
Itulah beberapa contoh dari ketidakdewasaan dan juga kedewasaan seseorang dalam hidup ini. Sekarang bagaimana seharusnya kita, itu sudah bisa tergambarkan, bukan?. Selamat belajar kawan!.
...
By : ricolg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar