Salah satu tantangan utama bangsa Indonesia adalah melemahnya
perekonomian bangsa. Hal ini dapat dilihat dari persoalan kemiskinan,
kesenjangan sosial, serta ketergantungan baik keuangan, energi, dan bahkan
pangan dari negara luar. Negara masih berjuang mencari titik temunya antara
persoalan yang ada dengan jawaban yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia.
Negara selama ini belum juga mampu memanfaatkan potensi yang ada di tanah air.
Tidak hanya potensi sumber daya alam (SDA) bahkan sumber daya manusianya (SDM)
belum mampu dirangkul. Selama hal ini belum teratasi selama itu pula Indonesia
akan menghadapi persoalan yang sama atau bisa disebut berjalan di tempat.
Namun, harapan untuk menjawab persoalan tersebut masih ada. Harapan
akan tidak ketergantungan lagi bahan pangan dengan pasokan yang datang dari
hasil impor. Harapan akan pemerataan penyediaan energi. Tidak lagi bergantung
pada hutang luar negeri, masyarakat mendapatkan jaminan kesehatan, hidup yang
layak, serta kehidupan yang lebih mandiri.
Rakyat Sebagai Subjek
Jika menilik kembali salah satu komponen dari ideologi negara
Indonesia yakni TRISAKTI, maka bangsa Indonesia akan tersadarkan kembali bahwa
Indonesia harus mampu menjadikan rakyat sebagai basis ekonomi di negara ini.
Rakyat harus menjadi pemegang dan pelaku utama kedaulatan dalam pengelolaan
ekonomi negara.
Pemerintah sekarang sudah mulai melek akan persoalan yang dihadapi
negara Indonesia selama ini tak lain ialah karena sering sekali masyarakat
hanya dijadikan sebagai objek atau mangsa pasar. Dan pemerintahan sekarang
telah memiliki visi membangun Indonesia dari pinggiran. Hal ini didukung dengan
kerja yang sudah dapat dilihat dengan semakin banyaknya kementerian-kementerian
yang melakukan program pengembangan desa dengan mendelegasikan relawan ke
pelosok-pelosok negeri ini.
Selain itu, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) juga sudah mulai
tergerak untuk mengambil peran dalam pembangunan bangsa ini serta mendukung visi
yang melakukan pembangunan mulai dari pinggiran. Pergerakan bisnis dewasa ini
juga melahirkan bisnis yang bergerak di bidang sosial atau social enterprise.
Kesadaran ini menunjukkan bahwa rakyat sebagai pelaku utama merupakan kebutuhan
bangsa saat ini.
Pudarnya Gotong Royong
Indonesia terkenal akan kekayaan
alamnya. Namun alam yang dahulu indah, bersahabat, dan diduduki masyarakat
lokal kini tidak lagi. Masyarakat telah kehilangan haknya. Ini terjadi karena
kebijakan-kebijakan pemerintah selama ini terkait ekonomi negara telah
memisahkan masyarakat lokal dari pelaku ekonomi dan modal sosialnya bahkan secara
tidak langsung telah menjadi proses pemiskinan.
Hutan, gunung, sawah, dan lautan
yang dahulunya mampu dikelola oleh masyarakat lokal kini diambil alih oleh
pemegang uang. Sehingga pengelolaan sumber daya alam lokal tidak lagi melekat
dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat tidak lagi punya waktu untuk melihat
daerahnya sendiri. Masyarakat tidak lagi memiliki kesempatan untuk mengenali
potensi daerahnya. Apalagi untuk memanfaatkannya, masyarakat sudah jauh dari
hal itu.
Masuk dan merajalelanya perusahaan-perusahaan yang hanya menjadikan rakyat sebagai pasar telah melahirkan tradisi dan budaya baru yang mengubah masyarakat memiliki identitas baru dan menanggalkan kebudayaan lokal. Lebih parahnya orientasi yang dulu sangat kental terkait kerjasama yakni gotong royong sebagai kearifan lokal telah bergeser menjadi orientasi materi, uang. Kearifan lokal, gotong royong, yang sebelumnya sangat kental sudah memudar. Terusiknya kearifan lokal menjadikan daerah tercemar seperti lahan yang habis dan rusak, air yang berkurang dan menjadi tidak layak minum, serta kesatuan masyarakat lokal yang luntur.
Masuk dan merajalelanya perusahaan-perusahaan yang hanya menjadikan rakyat sebagai pasar telah melahirkan tradisi dan budaya baru yang mengubah masyarakat memiliki identitas baru dan menanggalkan kebudayaan lokal. Lebih parahnya orientasi yang dulu sangat kental terkait kerjasama yakni gotong royong sebagai kearifan lokal telah bergeser menjadi orientasi materi, uang. Kearifan lokal, gotong royong, yang sebelumnya sangat kental sudah memudar. Terusiknya kearifan lokal menjadikan daerah tercemar seperti lahan yang habis dan rusak, air yang berkurang dan menjadi tidak layak minum, serta kesatuan masyarakat lokal yang luntur.
Pemuda Harus Mengambil Peran
Pemerintah juga semakin menyadari peran penting kehadiran pemuda bagi
bangsa ini. Sehingga wajar program-program kementerian semakin banyak yang
mendelegasikan para pemuda untuk menjadi relawan ke desa-desa. Program tersebut
terlihat sepele saat ini namun jika dilihat dampaknya untuk waktu yang akan
datang sangatlah menjanjikan. Kekuatan pemuda disuatu bangsa tidaklah diragukan
lagi. Di Indonesia sendiri sudah terbukti bahwa pemuda mendapatkan posisi dan
peran yang sangat penting dalam pembangunan bangsa ini.
Beberapa contohnya ialah peristiwa “Sumpah Pemuda”, peran pemuda
dalam kemerdekaan, dan satu lagi peran pemuda yang tidak mungkin dilupakan
adalah kejadian reformasi Indonesia pada tahun 1998. Beberapa kisah itu dicatat
dalam sejarah Indonesia yang menyatakan bahwa pemuda Indonesia memiliki peran
penting dalam kemajuan bangsa Indonesia.
Penulis juga merupakan salah satu relawan dari program salah satu
kementerian yakni program “Patriot Energi” yang diselenggarakan oleh Kementerian
ESDM. Adapun tujuan dari program ini merupakan jawaban atas penantian
daerah-daerah pinggiran bangsa ini yakni pemerataan energi hingga ke pelosok
desa. Tujuan selanjutnya ialah pemanfaatan energi yang dimiliki untuk meningkatkan
modal sosial. Selama ini yang terbiasa berlangsung adalah pemerintah hanya
datang ke desa-desa sebagai formalitas dan sekedar melihat kemudian pulang pada
hari yang sama.
Hadirnya para tunas bangsa, pemuda-pemudi bangsa Indonesia, yang
turut mengambil peran dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia merupakan hal
yang ditunggu-tunggu masyarakat pedesaan. Pemuda hadir untuk mengembalikan
peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam mereka sendiri. Pemuda juga
memantik untuk menyalakan kembali kearifan lokal dengan menggiatkan kembali
gotong royong. Pemuda juga berbagi pengetahuan terkait potensi daerah dan cara
pemanfaatannya. Pemuda hadir dan tinggal untuk waktu yang cukup panjang
sehingga benar-benar mampu merasakan apa yang dialami masyarakat pedesaan dan
bersama-sama dengan masyarakat berjuang menjawab kebutuhan masyarakat desa.
Penulis yakin langkah kecil ini apabila dilakukan berkelanjutan dan
“massive” dampaknya akan luar biasa. Indonesia akan mampu menjawab salah satu
tantangan utama yang diutarakan sebelumnya. Masyarakat akan mampu menjaga
alamnya dari kerusakan yang mengancam masyarakat. Mengembalikan peran
masyarakat yang hilang sebagai pelaku utama perekonomian.
Sebagai penutup, pembangunan yang mengikutsertakan masyarakat setempat
dan mimpi membangun bangsa dari pinggiran harus didukung oleh semua pihak.
Setiap kelas, golongan, status masyarakat apapun harus menyadari manfaat
gerakan seperti ini. Mengembalikan rakyat sebagai subjek utama pembangunan
bukan sekedar objek atau pasar. Dengan begitu tidak lama lagi salah dua cita-cita
Indonesia yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 akan terwujud yakni “memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Mantap kali bang rico.. lanjutkan!!
BalasHapusTerima Kasih @diaz prasetyo :)
HapusMohon dukungannya hehe