Tulisan ini berawal dari tulisan (buku)
seorang bijaksana yang dengan sengaja kubaca.
Demikian katanya dalam buku tersebut, "Kemudian kuperhatikan lagi
segala ketidakadilan yang terjadi di dunia ini. Orang-orang yang ditindas
menangis dan tak ada yang mau menolong mereka. Tak seorang pun mau membantu,
karena para penindas itu mempunyai kuasa yang besar."
Tidak hanya itu, disajak selanjutnya
sepertinya dia menunjukkan kekecewaan yang begitu besar kepada banyak orang.
"Aku iri mengingat orang-orang yang sudah lama meninggal karena mereka
lebih bahagia daripada orang-orang yang masih hidup. Tetapi yang lebih
berbahagia lagi ialah orang-orang yang belum lahir, sebab mereka belum melihat
kejahatan yang dilakukan di dunia ini", demikianlah yang dituliskannya.
Dan sepertinya dengan emosinya dia menulis
pesan-pesan itu bait demi bait. Pada awalnya menurutku, pesan yang ingin
disampaikannya ialah seperti ini. "Segala sesuatu di dunia ini terjadi
pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Ia menentukan waktu yang tepat untuk
segala sesuatu. Ia memberi kita keinginan untuk mengetahui hari depan, tetapi
kita tak sanggup mengerti perbuatan Allah dari awal sampai akhir ". Jadi
kita harus bersabar dan cukup bersabar.
Lalu buku itu terus kubaca sampai dipenghujung
sajaknya, dia menitipkan pesan kepada kita semua. Sampai akhirnya aku mengerti,
didalam kekecewaannya ada pengharapan yang begitu besar dalam dirinya untuk
kita yang masih hidup terutama para pemuda. "Mencari kesenangan adalah
dangkal dan bodoh; masa muda seseorang terlalu singkat dan kehidupan ini
terlalu cepat berlalu untuk dihabiskan secara serampangan".
Dan genaplah kini inti nasihat yang
kutemukan, sebenarnya ia ingin menyampaikan hal ini. "Takutlah akan Allah
dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap
orang. Sebab untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada
waktunya ", demikianlah kalimat penutup di tulisan indah itu. Betapa
bijaksananya dia, sehingga kalau aku diberi kesempatan, aku ingin bertemu
dengan penulis buku itu. Amin
Lalu apa yang hendak kita lakukan setelah
membaca ini. Aku sedikit berbicara pengalaman seorang teman dekat. Katanya, dia
bukanlah berasal dari keluarga yang berada. Kalimat itu selalu dilontarkannya
ketika dia ingin melangkah kemanapun. Sampai pada akhirnya dia bercerita
tentang latar belakangnya, keluarganya, dan lingkungannya. Katanya, semenjak
dia mengenal uang, dia selalu "menghidupi" dirinya dengan mencari
kesenangan sendiri (tentunya hal yang negative). Bayangkan saja, anak usia 5 tahun saja
mungkin sudah kenal uang. Lalu dia cerita panjang, dan yang sangat mengejutkan
ialah, sampai diusianya beranjak ke 16-18 tahunpun dia tetap melakukan
kesenangan itu.
Teman-teman tau tidak apa kesenangan itu.
Tak lain ialah mencuri hasil tanam milik orang lain, hasilnya memang tidak
seberapa. Tapi hasil itu akan dijadikan modal dalam permainan berikutnya, yaitu
judi. Yang namanya judi, akan ada rasa ingin selalu mendapatkan yang terbanyak,
sampai dia ketagihan dengan kegiatan itu. Katanya lagi, bukan tidak sering dia
mengambil uang ibu atau ayahnya untuk dijadikan modal judi. Betapa sedihnya
kehidupan dia, sampai akhirnya dia tidak ingin hidup lagi.
Namun, akupun tidak bisa memberikan solusi
terbaik bagi dirinya. Karena aku tau, dia lebih pintar dariku. Harus kuakui,
dari SD dia selalu mendapat juara 3, dan terkadang juara 2 dikelasnya, dan
dikelas 6 dia pernah juara 2 dicawu pertama. Dan dicawu kedua juara 1, yah
meskipun dikelulusan dia tidak mendapatkan juara apapun (dari raportnya yang
pernah kulihat). Dan katanya itu tidaklah masalah bagi dirinya. Sekolah tidak
membuatnya akan berubah, karena dia tetap saja berasal dari keturunan yang
tidak berada. Sampai dijenjang SMP dia hanya menikmati sekolahnya seperti anak
pada umumnya. Namun kenakalannya tetap dan semakin bertambah.
Katanya, diapun mulai mengerti apa itu yang
namanya sex, sehingga tak jarang dia menonton film2 yang tidak seharusnya dia
tonton diusia SMP, itu vcd/dvd hasil curian atau dibelinya dengan uang curian
juga. Hal itupun terus berlanjut, sampai dia tidak peduli bahwa kehidupan
sekolahnya hanyalah sebagai sampingan. Anehnya, dia bercerita keburukannya namun
dia tidak sadar bahwa dirinya tidak pernah jauh dari 10 besar dikelasnya sampai
dia lulus SMP. Padahal setahuku dan kata orangtuanya dia hampir tidak pernah
belajar, selain di kelas.
Dan tibalah dipenghujung SMP, aku baru bisa
sedikit memberikan masukan. Karena secara kehidupan, aku lebih bagus bermain bola
dibandingkan dia, haha, so what gitu loh. Dan aku mengambil kesempatan itu,
selepas bermain bola sambil berbicara sedikit tentang apa yang sering dia
lakukan dan apa keuntungannya dikehidupan dia sekarang dan kelak. Aku bersyukur
diapun mendengarkan perkataanku, meskipun dia tidak berubah total.
Dan tidak kusangka, sekolahnya tidak jauh
dari sekolahku, sehingga kami tidak jarang juga bertemu dikantin luar sekolah.
Kata temannya dia mulai termotivasi akan kehidupannya, namun dia tetap tidak
bisa melupakan kehidupan sebelumnya, yaitu judi. Sampai pada akhirnya, aku cuma
berpesan tak jauh isinya seperti apa yang sudah tertulis di bagian atas,
meskipun aku belum pernah membacanya sebelumnya, demikian pesanku. "Maaf
nih kawan, aku tau kau memang bukan dari keluarga yang berada, dan bukan
bermaksud aku ikut campur. Kau pasti tau bagaimana akulah," hal ini kulantarkan
disela-sela menunggu angkot (oplet).
Dan kemudian aku melanjutkan pesanku,
"tapi, apa kau berencana kelak nanti kau tidak punya anak?, aku yakin kau
juga pasti ingin punya anak (merasakan kehidupan senormalnya). Kalau begitu,
apakah kau mau, anakmu juga merasakan hal yang sama seperti yang kau rasakan?.
Kalau bukan kau yang mengubah kondisi keluargamu, siapa lagi?. Ayolah kawan,
aku yakin kau pasti bisa,"tuturku untuk mengakhiri pesan itu.
Lalu dia merespon perkataanku, "kalau
begitu, dengan cara apa aku mengubahnya?,"tanya dia dengan tampang sedih.
Lalu aku mencoba menenangkannya sampai pada akhirnya aku berkata,
"lakukanlah yang terbaik sekuat tenaga kita, dan jangan lupa kepada yang
kuasa, hanya karena Dialah kita masih bisa bertahan.
Oleh karena itu seharusnya kita berpegang teguh terhadap perintahnya dan berserah kepadanya. Dia akan memberikan yang terbaik kepada kita, tidak akan terlalu cepat, dan tidak akan terlambat. Karena akupun yakin, Dia ingin memberikan pelajaran demi pelajaran kepada kita tentang kehidupan ini, baik dari yang tertulis maupun dari yang tidak tertulis, yaitu yang pernah kita alami,"ujarku untuk mengakhiri pembicaraan itu.
Oleh karena itu seharusnya kita berpegang teguh terhadap perintahnya dan berserah kepadanya. Dia akan memberikan yang terbaik kepada kita, tidak akan terlalu cepat, dan tidak akan terlambat. Karena akupun yakin, Dia ingin memberikan pelajaran demi pelajaran kepada kita tentang kehidupan ini, baik dari yang tertulis maupun dari yang tidak tertulis, yaitu yang pernah kita alami,"ujarku untuk mengakhiri pembicaraan itu.
Lalu diapun berjuang terus, hal ini aku
tahu karena aku sendiri melihatnya. Sampai aku pernah main kerumahnya, yah
meskipun jarak rumahnya dan rumahku tidak begitu dekat. Tapi ketika itu, aku
tidak menemukan dia ditempat permainan “judinya”, namun yang kutemukan ialah
ayahnya. "Dia sedang belajar disana," kata ayahnya sambil menunjuk ke
arah pohon. Aku sempat bingung apa maksud ayahnya itu, eh ternyata dia memang
lagi belajar di atas pohon. Aku tertawa sambil bersyukur, sebab dengan kondisi
seperti ini, dia masih tetap punya semangat untuk berjuang. Sejujurnya aku
senang.
Beberapa waktu sebelum lulus SMA, aku
mendengar bahwa dia akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Aku terkejut
dengan hal itu. Dan 3 bulan sebelum keberangkatannya, dia hubungi aku.
"Hei bro, akhirnya aku punya HP. Oh iya, bukan hanya itu, aku juga dapat
beasiswa untuk kuliah sampai lulus dan biaya hiduppun ditanggung," ujarnya
dengan semangat. Tentu aku senang, apalagi katanya dia kuliah tidak jauh
tempatnya dari tempatku.
Namun aku sempat mau menangis, bagaimana tidak, dia berkata demikian, "Aku ga mungkin bisa menghirup udara segar setiap hari, aku ga mungkin bisa berjalan. Aku ga mungkin bisa makan, bisa menari, menulis, bersiul dan sampai bisa menghubungimu kawan, tentunya itu semua berkat Tuhan melalui kawan dekatku, tak lain adalah kau. Aku senang bisa kenal denganmu, meskipun aku tau aku lebih pintar darimu, haha", demikian senangnya dia. Bagaimana mungkin aku tidak ingin menangis, sudah lama aku tidak melihat dia tertawa sesenang itu.
Namun aku sempat mau menangis, bagaimana tidak, dia berkata demikian, "Aku ga mungkin bisa menghirup udara segar setiap hari, aku ga mungkin bisa berjalan. Aku ga mungkin bisa makan, bisa menari, menulis, bersiul dan sampai bisa menghubungimu kawan, tentunya itu semua berkat Tuhan melalui kawan dekatku, tak lain adalah kau. Aku senang bisa kenal denganmu, meskipun aku tau aku lebih pintar darimu, haha", demikian senangnya dia. Bagaimana mungkin aku tidak ingin menangis, sudah lama aku tidak melihat dia tertawa sesenang itu.
Aku sudah kenal dia semenjak SMP, dan aku sering bermain dengan
dia, tak pernah dia senang sesenang ini sebelumnya. Dan yang paling
mengejutkan, dia berkata "Rencana Tuhan indah pada waktunya, dan aku yakin
ini baru awal bro, okelah bro sampai ketemu digerbang kesuksesan, keep contack
yah". Hal itu dilontarkannya dengan penuh keyakinan. Dan pembicaraan itu
sekaligus penutup dalam tulisan kali ini.
Semoga teman-teman yang membacanya dapat hikmah. Sekecil apapun itu, aku cuma berbagi akan hal yang pernah kualami dan dialami lingkungan sekitarku (temanku), agar teman semua tidak sampai terjatuh dilubang yang sama. Sebelum kita menyesal di akhir, baiklah kita menyesal sebelum tiba waktunya. Terakhir, yakinlah, Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan. Olehkarena itu, lakukanlah semua itu seperti kita melakukannya untuk Tuhan. God Bless You
Tulisan ini sudah mendapatkan ijin dari tokoh
utama untuk dipublikasikan :D
Gaol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar