Dia yang berdiri tetapi tidak meninggiDia yang merendah tetapi tidak hinaDia yang terbuka bukan karena bodohKarena dia berjalan bukan sekedar jalan
Berawal dari satu pertanyaan konyol yakni perbedaan antara
anak-anak dan orang dewasa. HIngga saat ini aku melihat belum seorangpun
anak-anak yang mampu merefleksikan kesehariannya, sesuatu yang dihadapinya, kehidupannya.
Anak kecil selalu melihat apa yang terjadi dengan mata kepalanya. Semisal ia
dimarahi ibunya, maka ia akan mengatakan ibunya pemarah. Kedepannya ia akan
mendekati orang-orang yang tidak pernah marah. Akan menyebut ayahnya sebagai
orang jahat ketika dibentak oleh ayahnya. Segala sesuatu perlu dihidangkan,
disuap.
Sedang manusia dewasa seharusnya mampu sebaliknya. Mampu bercermin
ke diri sendiri ketika terjadi sesuatu atau apapun yang dilihatnya terlebih
yang menimpanya. Mampu melihat jauh ke dalam diri sendiri ketika mendapat
amarah dari ibunya, ayahnya, lingkungan sekitarnya. Mampu melihat hal positif
sekalipun hal buruk terjadi. Karena sesungguhnya seorang dewasa memiliki
kemampuan untuk merefleksikan diri dari setiap kejadian yang ada disekitarnya.
Seorang dewasa tidak berdiri di atas tangga benar dan salah
apalagi surga dan neraka, sesungguhnya tidak. Seorang dewasa tidak peduli arti
kata, tidak lagi memerhatikan ketenaran, pujian, atau bahkan cacian. Ibarat pengembara,
sekali dua kali ia mencari tahu arti dari kata berkelana. Mencari peta atau
petunjuk menuju suatu desa, sebut saja desa “A”. Selanjutnya, esok hari jika
ingin berkunjung ke desa tersebut, dia hanya akan berpikir, fokus, bagaimana
perjalanannya berarti bagi setiap makhluk yang ada di sekitarnya dan
mengabaikan arti kata berkelana sebab sesungguhnya dialah pengelana.
Bagi manusia dewasa pengalaman adalah ajaran. Mereka
memahami bahwa nasehat berguna sebagai pelita bagi kakinya dan terang bagi
jalannya. Mencoba bukan untuk bermain-main melainkan untuk mengetahui. Selalu berlatih
karena sadar dengan melatih mampu menanam nilai yang ingin dimiliki. Selalu melakukan
kini di sini bukan nanti di sana.
Terakhir, seharusnya seseorang yang mengaku dewasa mampu
merefleksikan diri yakni melihat dan memaknai sesuatu hingga ke bagian terdalam
dari suatu peristiwa, bukan hanya sejauh kemampuan mata.
@ricolg