Rico Ricardo Lumban Gaol
Bagiku dunia
itu, hmmm tempatnya miliaran perbedaan. Jika melihat kenyataan di sekitarku,
aku bisa menyebutkan sejutanya, itupun kalau waktuku ada untuk menuliskannya
dan kalau ada waktumu untuk membacanya.
Ada kucing,
ada anjing, pepohonan, ada juga tanah, air, udara, api, embun, gelap, cahaya,
dan... Itupun aku bisa menunjukkan padamu kucing saja banyak jenisnya ada
persia, kucing kota, kucing kampung, haha... Kucing kampung saja ada yang hitam
polos, ada putih polos, ada belang dan lainnya. Benar kan, kamu tidak punya
waktu untuk membacanya. Aku bilang juga apa...
Jadi kalau
ada yang ingin bersatu tapi menghilangkan perbedaan pastilah suatu saat mereka
akan berpisah, se... Sebelum waktunya untuk berpisah. Sama seperti halnya
tragedi pengeboman rumah ibadah yang kemaren. Saking bencinya dengan perbedaan
dan tidak mau membuka mata dengan sekitarnya, mereka berpisah satu sama lain.
Dengan keluarganya, dengan sahabatnya, dan jauh sebelum itu mereka sudah
terlebih dahulu memisahkan diri dari lingkungannya.
Apa aku
salah mengungkit tragedi itu sebagai contoh..? Mkasih ya sudah mendukungku.
Sebagai
manusia kita ada dengan berbagai karakter. Semuanya sejak awal sudah berbeda.
Namun, seiring bertambahnya usia, kita hanya peka terhadap kesamaan. Kita
menutup mata dengan yang lain.
Loh..? Ga
percaya? Aku lahir katanya di WC (kakus) loh, ketika orang tuaku merasa ingin
buang air besar. Haha... Sedang kakak-kakakku ada yang lahir di rumah ada yang
di rumah sakit. Dan bahkan keponakanku ada yang lahir di mobil sampe-sampe
namanya saja Rocky. Bukankah itu perbedaan..?
Hiduplah
dengan keduanya, hei kamu. Iya kamu, tak perlu begitu wajahmu. Lagi pula tak
ada orang di belakangmu. Sini kutunjukkan padamu yang harus kau ingat dariku
hingga kelak nanti.
Ini ya, kutuliskan
di jemarimu. "Bernafaslah dengan dua hal yakni kesamaan dan perbedaan.
Jika salah satunya kamu lupakan niscaya denyut jantungmu akan meronta menangis
pilu. Ingat ya, aku tak mengatakan menghargai perbedaan. Namun, terimalah dan
hiduplah bersamanya."
Apa..? Kamu
mau hidup bersamaku? Aku ga dengar, coba teriak... Kamu ingin hidup bersamaku?
Haha... Cie...
Oh iya, ada
dua hal yang aku rasakan mendengar hal itu. Yang pertama aku senang dan yang
ke... Sini kubisikkan yang keduanya.
"Kamu
tau di mana tempat operasi jenis kelamin?" iya aku nanya serius, kamu tau
di mana tempatnya. Soalnya papa kamu selalu bilang akan menerimaku kalau kita
sama anunya. Haha
Hoi, serius
amat. Sudah jangan dipikirin. Mending kita ke taman.
Ehhh...
Jangan... Jangan di sentuh. Kalau kamu suka dengan bunga mawar putih itu, kamu
tidak boleh menyentuhnya. Kamu cukup pejamkan mata dari sini, lalu cium dan
rasakan aromanya. Berbicaralah padanya seperti halnya kamu berbicara padaku
setiap senja pergi. Dari hati.
Bagaimana?
Tentu jauh lebih dapatkan yang kamu harapkan..? Kalau kamu tadi memegangnya
aromanya tak lagi murni seperti seharusnya dia ada. Apalagi kalau sampai
memetiknya, kasihan orang yang di belakangmu. Lah, dia juga dari tadi
ngelihatin bunga itu. Berarti dia juga pengen berkomunikasi dengannya. Iya kan?
Yuk, kita
pulang. Aku juga lapar. Mau makan di kantin bi Iyem. Mau nambah ah. Hehe
"Dear,
kamu. Maafin aku hari ini bicara ngaco. Mungkin karena semakin hari aku semakin
sadar bahwasanya aku ini hanya manusia biasa yang terlahir dari rahim bumi dan
akan pergi menemuinya tidak akan lama lagi. Nggak kok. Aku bukan akan segera
mati. Hanya saja semakin menyadari bahwa tujuanku semakin dekat. Tujuan mengapa
aku harus ada di rahim bumi dan lahir ke dunia. Supaya aku bisa bertemu kamu
dan menuliskan cerita ini. Mungkin melalui cerita ini orang-orang akan tahu
bahwa kita hidup menyentuh debu batu dan penuh lika liku tanjakan terjal.
Lengah sedikit terjatuh. Kita hidup di dunia bukan di surga seperti kata-kata
yang pernah kubaca dari berbagai buku-buku sakti. Kita lahir di bumi bukan di
surga lalu turun ke bumi. Aku selalu bilang ke kamu, hiduplah bukan seperti
berharap seperti yang kamu baca di kitabmu, terkait surga. Surga dan temannya
kita tidak pernah tahu dan tidak perlu membayangkannya. Tetapi berjalanlah ke
arah di mana kamu tidak akan tersandung. Aku percaya kamu tidak akan terjatuh.
Kalaupun tetap jatuh kamu tidak akan kesakitan, karena ada aku yang menopangmu.
Salam rindu dari seseorang yang baru saja menemukan hidupnya. Bumi dan...
Kamu!"