Minggu, 19 Agustus 2012

Kebenaran di Atas Segalanya, Nyawa Menjadi Bayarannya


 
Pada sesi ini aku menulis sebuah cerita singkat tentang ungkapan yang berbunyi “Kebenaran di atas segalanya”. Inti cerita ini diambil dari kisah nyata suatu negara di Asia Tenggara, sebut saja Indonesia.
Segala sesuatu pasti berawal dari sejarah, demikian tulisan ini. Awalnya aku hanya membaca sebuah buku (Buku yang selalu kubawa kemanapun aku pergi. Karna kutahu, setiap aku membacanya, aku akan mendapatkan pelajaran baru. Ilmu itu yang akan kugunakan untuk membantu mengisi kotak kosong pada teka-teki alam ini).

Inti alurnya seperti berikut:
-         - Pendatang,
-          -Berbuat Baik, dan
-          -Patuh. Patuh bukan berarti tidak bisa mengkritik, dan bisa mengkritik bukan berarti bisa menghina.

Yang pertama ialah “pendatang”, dalam buku itu tertulis seperti ini “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa”. Banyak definisi mengenai pendatang, tapi aku menyederhanakannya sebagai “penumpang/orang aisng” yang memiliki suatu tujuan, yah sederhananya bertujuan singgah hanya untuk sementara waktu. Karna menurutku, sebenarnya dia punya tempat dari mana dia berasal, bukan?. Demikian kita di Dunia ini khususnya Indonesia, kita hanya sementara, karena kita akan kembali ke asal kita. Lalu sadarkah kita dengan tujuan kita diciptakan di Indonesia?.

Yah, tidak lebih 1 dari 10 ribu orang yang menyadari akan hal itu. Sehingga Tuhan terus menciptakan manusia-manusia yang bisa mengubahkan negri ini. Justru sebaliknyalah yang terjadi, banyak orang yang beranggapan kita diciptakan hanya sebagai miniature Tuhan, supaya Dia bisa bermain di “tempatNya” dan menggerakkan ke kiri dan ke kanan miniature ini sesuka HatiNya, Tidak begitu kawan!. Jika engkau berpikir dan bertanya kepada Tuhan, “Apa misiMu Tuhan akan kehadiranku?”, tak lain jawabnya pasti berhubungan dengan bangsaNYA. Bukan kau menjadi kaya!, bukan kau menjadi Pengusaha!, Bukan kau menjadi Pendeta!, Bukan kau menjadi “Pemuka” agama kawan!, bukan itu!. Itu semua hanya cara dibalik mata, tapi adakah kita pernah menanyakan hal itu kepadaNya?, masih ada waktu.

Lalu apa hubungannya dengan kata-kata sebelum pendatang ataupun sesudah kata pendatang dalam teks itu. “Kelakuanmu di antara orang yang tidak kamu kenal, apalagi belum tentu dia mengenal Tuhan,  haruslah sangat baik, sehingga apabila mereka memfitnah kalian sebagai orang jahat, mereka toh harus mengakui perbuatanmu yang baik, sehingga mereka akan memuji Allah pada hari kedatangan-Nya”. Teks inilah kelanjutan dari teks sebelumnya, yang juga akan menjelaskan mengapa harus berbuat baik.

Dalam petikan itu aku merangkum menjadi 2 inti utama yang ingin disampaikannya mengapa kita harus berbuat baik. Pertama, sebagai seorang pendatang tentulah kita harus berjaga-jaga terhadap kondisi apapun yang akan terjadi. Karna kita tidak tahu siapa mereka dan bagaimana sikap mereka bersosial terutama kepada kaum pendatang. Dan apabila kelak kau mendapat kesusahan, atau fitnah, engkau akan dibela oleh kebenaran yang selama ini engkau perbuat melalui kebaikanmu, dan itulah yang akan mreka lihat dan pikirkan. Kedua, memang seharusnyalah kita berbuat baik, sebab sebagai manusia yang diciptakan Yang Maha Agung, kita diciptakan untuk melakukan kebaikan sebagai cerminan penciptanya.

“Demi Tuhan, hendaklah kalian tunduk kepada setiap penguasa manusia: baik kepada Kaisar yang menjadi penguasa yang terutama,  maupun kepada gubernur yang ditunjuk oleh Kaisar untuk menghukum orang yang berbuat jahat dan untuk menghormati orang yang berbuat baik”. Dan teks ini menjadi acuan untuk menjelaskan kata “patuh” dalam 3 hal penting di atas, dan sekaligus latarbelakang dari kisah ini. Lalu mengapa kita harus patuh, itu merupakan pertanyaan yang menunjukkan kalau kita sendiri tidak mengerti apa itu pemerintah dan siapa kita di bagian itu.

Ada yang menuliskan ini, “Allah memerintahkan orang/kita untuk taat kepada pemerintah, karena pemerintah merupakan lembaga yang didirikan dan ditetapkan oleh Allah. Allah telah mendirikan pemerintah karena di dalam dunia yang tercemar ini kita memerlukan pembatasan-pembatasan tertentu untuk melindungi kita dari kekacauan dan pelanggaran hukum yang menjadi akibat wajar dari dosa”. Dan aku percaya akan hal itu, bahwa kita memang harus taat, sebab pemerintah berdiri tentu atas “persetujuan” Allah.

Oleh karena itu, “Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah”. Apa hubungannya dengan teks di atas, tentu semuanya akan dikaitkan dengan 3 inti yang telah kutuliskan. Sampai akhirnya aku berkaca dengan keadaan negriku sekarang ini.

Apa pelajaran yang kita dapatkan dari bacaan tersebut, aku menyampaikan sederhananya ialah seperti judul tulisan ini. Kebenaran di Atas Segalanya, itulah yang harus ditegakkan di negri ini. Dinegri ini, semua kalangan sudah tidak patuh lagi dengan siapapun, hanya mengandalkan kepintaran masing-masing, dan pada akhirnya ego sendirilah yang diutamakan. Kita tidak menyadari kalau kita hanya sementara.

Sehingga kita menanggapi hal itu lebih ke arah menikmatinya saja, tanpa harus peduli dengan kondisi orang lain apalagi dengan Negara ini. Mengapa kukatakan demikian. Ini kisah nyatanya, kukutip dari perbincangan mahasiswa di dunia maya “A: kau jurusan teknik/sains-X di ITB, tapi malah ingin berkecimpung ke "pemerintahan". Apa karena kau tidak sanggup mengikuti  pelajaran di jurusanmu?", ucapnya dengan “tampak wajah yang tidak percaya” akan hal itu. “B: aku hanya ingin mengubah pandangan pemuda di negri ini. Kalau suatu Negara itu memiliki nyawa, maka dengan tegas kukatakan nyawanya berada di “tangan” pemudanya!”. Bagaimana tanggapan teman-teman terhadap perkataan orang itu?, baik si A maupun si B.

Lalu apakah yang harus kita perbuat?. Tegakkan keadilan!, sebarkan berita baik!, dan berikan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang masih hidup!. Apa maksudnya?, maksudnya ialah bersiaplah para pemuda!, berikan hatimu kepada negri ini, dan bawalah perubahan, karna tiba waktunya untuk kita maju dan “menghunus” pedang bersama membawa kedamaian yang kita tungu-tunggu, meskipun aku tau, kau akan takut karena uang akan menghindar darimu dan nyawamu akan menjadi bayarannya.

Untuk sekarang mari berkaca, apa alasanmu tidak patuh terhadap pemerintah?. Mereka dulu pemuda kawan!, dan mereka dulu mungkin saja berpikir seperti kita. Ayolah, kritik mereka untuk membangun negri ini, tapi jangan hina mereka karena dengan hal itu negri ini akan hancur lebur, seperti debu yang terhempas angin dan takkan kembali ke asalnya lagi. Bahkan sampai mereka menyimpang dari seharusnyapun engkau tak layak menghinanya, meskipun kita tak harus patuh lagi dengannya. Tapi, berdoalah agar Tuhan memberikan perubahan bagi negri ini, berdoalah dengan hati yang tulus, bukan penuh hina dan cacian.

Dan pemuda, berjuanglah juga karna setelah mereka, KITALAH yang akan ada di sana.

Ayolah, berhenti mengolok-olok presiden kita!. Jangan katakan dia lagi curhat ketika pidato, berdoalah. Jangan katakan dia hanya mampu membuat album baru!. Jangan katakan dia hanya bisa ini dan itu!. Waktunya kita percayakan negri ini kepada dia sepenuh hati, sampai di penghujung perjuangannya. Setelah itu pilihlah yang terbaik bagi negri ini. Mungkin saja ANDALAH orangnya yang ditunggu-tunggu INDONESIA ini. Karna itu, sudah waktunya aku dan kalian  mengasah “pedang” masing-masing, dan bila tiba waktunya kitalah yang akan diolok-olok.

Amin


By : Rico Ricardo Lumban Gaol