Pada sesi ini aku menulis sebuah cerita singkat tentang ungkapan
yang berbunyi “Kebenaran di atas segalanya”. Inti cerita ini diambil dari kisah
nyata suatu negara di Asia Tenggara, sebut saja Indonesia.
Segala sesuatu pasti berawal dari sejarah, demikian tulisan ini.
Awalnya aku hanya membaca sebuah buku (Buku yang selalu kubawa kemanapun aku
pergi. Karna kutahu, setiap aku membacanya, aku akan mendapatkan pelajaran baru.
Ilmu itu yang akan kugunakan untuk membantu mengisi kotak kosong pada teka-teki
alam ini).
Inti alurnya seperti berikut:
- -
Pendatang,
-
-Berbuat Baik, dan
-
-Patuh. Patuh bukan berarti tidak bisa
mengkritik, dan bisa mengkritik bukan berarti bisa menghina.
Yang pertama ialah “pendatang”, dalam buku itu tertulis seperti
ini “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai
pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging
yang berjuang melawan jiwa”. Banyak definisi mengenai pendatang, tapi aku
menyederhanakannya sebagai “penumpang/orang aisng” yang memiliki suatu tujuan,
yah sederhananya bertujuan singgah hanya untuk sementara waktu. Karna
menurutku, sebenarnya dia punya tempat dari mana dia berasal, bukan?. Demikian
kita di Dunia ini khususnya Indonesia, kita hanya sementara, karena kita akan
kembali ke asal kita. Lalu sadarkah kita dengan tujuan kita diciptakan di
Indonesia?.
Yah, tidak lebih 1 dari 10 ribu orang yang menyadari akan hal itu.
Sehingga Tuhan terus menciptakan manusia-manusia yang bisa mengubahkan negri
ini. Justru sebaliknyalah yang terjadi, banyak orang yang beranggapan kita
diciptakan hanya sebagai miniature Tuhan, supaya Dia bisa bermain di
“tempatNya” dan menggerakkan ke kiri dan ke kanan miniature ini sesuka HatiNya,
Tidak begitu kawan!. Jika engkau berpikir dan bertanya kepada Tuhan, “Apa
misiMu Tuhan akan kehadiranku?”, tak lain jawabnya pasti berhubungan dengan
bangsaNYA. Bukan kau menjadi kaya!, bukan kau menjadi Pengusaha!, Bukan kau
menjadi Pendeta!, Bukan kau menjadi “Pemuka” agama kawan!, bukan itu!. Itu
semua hanya cara dibalik mata, tapi adakah kita pernah menanyakan hal itu
kepadaNya?, masih ada waktu.
Lalu apa hubungannya dengan kata-kata sebelum pendatang ataupun
sesudah kata pendatang dalam teks itu. “Kelakuanmu di antara orang yang tidak
kamu kenal, apalagi belum tentu dia mengenal Tuhan, haruslah sangat baik, sehingga apabila mereka
memfitnah kalian sebagai orang jahat, mereka toh harus mengakui perbuatanmu
yang baik, sehingga mereka akan memuji Allah pada hari kedatangan-Nya”. Teks
inilah kelanjutan dari teks sebelumnya, yang juga akan menjelaskan mengapa
harus berbuat baik.
Dalam petikan itu aku merangkum menjadi 2 inti utama yang ingin
disampaikannya mengapa kita harus berbuat baik. Pertama, sebagai seorang
pendatang tentulah kita harus berjaga-jaga terhadap kondisi apapun yang akan terjadi.
Karna kita tidak tahu siapa mereka dan bagaimana sikap mereka bersosial
terutama kepada kaum pendatang. Dan apabila kelak kau mendapat kesusahan, atau
fitnah, engkau akan dibela oleh kebenaran yang selama ini engkau perbuat
melalui kebaikanmu, dan itulah yang akan mreka lihat dan pikirkan. Kedua,
memang seharusnyalah kita berbuat baik, sebab sebagai manusia yang diciptakan
Yang Maha Agung, kita diciptakan untuk melakukan kebaikan sebagai cerminan
penciptanya.
“Demi Tuhan, hendaklah kalian tunduk kepada setiap penguasa
manusia: baik kepada Kaisar yang menjadi penguasa yang terutama, maupun kepada gubernur yang ditunjuk oleh
Kaisar untuk menghukum orang yang berbuat jahat dan untuk menghormati orang
yang berbuat baik”. Dan teks ini menjadi acuan untuk menjelaskan kata “patuh”
dalam 3 hal penting di atas, dan sekaligus latarbelakang dari kisah ini. Lalu
mengapa kita harus patuh, itu merupakan pertanyaan yang menunjukkan kalau kita
sendiri tidak mengerti apa itu pemerintah dan siapa kita di bagian itu.
Ada yang menuliskan ini, “Allah memerintahkan orang/kita untuk
taat kepada pemerintah, karena pemerintah merupakan lembaga yang didirikan dan
ditetapkan oleh Allah. Allah telah mendirikan pemerintah karena di dalam dunia
yang tercemar ini kita memerlukan pembatasan-pembatasan tertentu untuk
melindungi kita dari kekacauan dan pelanggaran hukum yang menjadi akibat wajar
dari dosa”. Dan aku percaya akan hal itu, bahwa kita memang harus taat, sebab
pemerintah berdiri tentu atas “persetujuan” Allah.
Oleh karena itu, “Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti
mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi
kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah”. Apa
hubungannya dengan teks di atas, tentu semuanya akan dikaitkan dengan 3 inti
yang telah kutuliskan. Sampai akhirnya aku berkaca dengan keadaan negriku
sekarang ini.
Apa pelajaran yang kita dapatkan dari bacaan tersebut, aku
menyampaikan sederhananya ialah seperti judul tulisan ini. Kebenaran di Atas
Segalanya, itulah yang harus ditegakkan di negri ini. Dinegri ini, semua
kalangan sudah tidak patuh lagi dengan siapapun, hanya mengandalkan kepintaran
masing-masing, dan pada akhirnya ego sendirilah yang diutamakan. Kita tidak
menyadari kalau kita hanya sementara.
Sehingga kita menanggapi hal itu lebih
ke arah menikmatinya saja, tanpa harus peduli dengan kondisi orang lain apalagi
dengan Negara ini. Mengapa kukatakan demikian. Ini kisah nyatanya, kukutip dari
perbincangan mahasiswa di dunia maya “A: kau jurusan teknik/sains-X di ITB,
tapi malah ingin berkecimpung ke "pemerintahan". Apa karena kau tidak
sanggup mengikuti pelajaran di
jurusanmu?", ucapnya dengan “tampak wajah yang tidak percaya” akan hal
itu. “B: aku hanya ingin mengubah pandangan pemuda di negri ini. Kalau suatu
Negara itu memiliki nyawa, maka dengan tegas kukatakan nyawanya berada di
“tangan” pemudanya!”. Bagaimana tanggapan teman-teman terhadap perkataan orang
itu?, baik si A maupun si B.
Lalu apakah yang harus kita perbuat?.
Tegakkan keadilan!, sebarkan berita baik!, dan berikan kedamaian bagi jiwa-jiwa
yang masih hidup!. Apa maksudnya?, maksudnya ialah bersiaplah para pemuda!,
berikan hatimu kepada negri ini, dan bawalah perubahan, karna tiba waktunya
untuk kita maju dan “menghunus” pedang bersama membawa kedamaian yang kita
tungu-tunggu, meskipun aku tau, kau akan takut karena uang akan menghindar
darimu dan nyawamu akan menjadi bayarannya.
Untuk sekarang mari berkaca, apa
alasanmu tidak patuh terhadap pemerintah?. Mereka dulu pemuda kawan!, dan
mereka dulu mungkin saja berpikir seperti kita. Ayolah, kritik mereka untuk
membangun negri ini, tapi jangan hina mereka karena dengan hal itu negri ini akan
hancur lebur, seperti debu yang terhempas angin dan takkan kembali ke asalnya
lagi. Bahkan sampai mereka menyimpang dari seharusnyapun engkau tak layak
menghinanya, meskipun kita tak harus patuh lagi dengannya. Tapi, berdoalah agar
Tuhan memberikan perubahan bagi negri ini, berdoalah dengan hati yang tulus,
bukan penuh hina dan cacian.
Dan pemuda, berjuanglah juga karna
setelah mereka, KITALAH yang akan ada di sana.
Ayolah, berhenti mengolok-olok
presiden kita!. Jangan katakan dia lagi curhat ketika pidato, berdoalah. Jangan
katakan dia hanya mampu membuat album baru!. Jangan katakan dia hanya bisa ini
dan itu!. Waktunya kita percayakan negri ini kepada dia sepenuh hati, sampai di
penghujung perjuangannya. Setelah itu pilihlah yang terbaik bagi negri ini.
Mungkin saja ANDALAH orangnya yang ditunggu-tunggu INDONESIA ini. Karna itu, sudah
waktunya aku dan kalian mengasah “pedang”
masing-masing, dan bila tiba waktunya kitalah yang akan diolok-olok.
Amin
By : Rico Ricardo Lumban Gaol