Kejujuran itu memang sakit, tapi itu ibarat meminum air
panas ketika kita kepedasan, rasanya sakit sekali. Namun, semua itu tidak akan
bertahan lama, karena obatpun rasanya pahit.
Dahulu kala, disaat aku kecil, sebut saja saat aku masih
sekolah SD hingga SMA, hidup keluargaku memang susah, tapi segala prestasi yang
kuinginkan pasti tercapai. Namun, aku tidak mendapat pelajaran berharga saat
itu di luar prestasi akademik.
Setelah aku beranjak dewasa, aku mulai hidup sendiri, tanpa
pengawasan kedua orang tua atau pihak tertentu, aku mulai terpikirkan mengenai
kehidupanku yang sesungguhnya. Aku bertanggung jawab bukan hanya kepada diri
sendiri, tapi juga kepada orang lain yang berada di kejauhan sana.
Namun, di jenjang kedewasaanku, aku justru terjatuh dan
justru lebih sering terjatuh hingga hampir susah untuk bangkit lagi. Segala hal
yang terpikirkan dan ingin kuraih, tidak satupun yang terkabul. Bukan hanya di
bidang akademik, di luar akademikpun aku sungguh kewalahan untuk meraihnya.
Sampai akhirny aku menemukan titik kejenuhan, disaat aku
terjatuh untuk yang kesekian kalinya, dan tenagakupun habis, sehingga aku tidak
bisa bangun lagi. Bahkan, untuk membuka matapun aku sudah tidak mampu.
Pelajaran yang dapat kubagikan kepada teman-teman pembaca
ialah tetaplah bersyukur atas apa yang kita dapatkan. Hidup itu ibarat pendaki
gunung, lebih memilih berjalan di tanah yang berbatu dan berdebu dibandingkan
dijalan yang halus dan licin. Ketahuilah juga bahwa segala sesuatu harus
melalui proses, ibarat pengendara sepeda, lebih aman mengendarainya dengan
santai dibandingkan kebut-kebutan, sebab jika kebut-kebutan tidak lama lagi dia
akan terjatuh, rasanya akan lebih sakit.
Inilah kejujuran Tuhan kepadaku, sakit tapi begitu indah.
Dia mewarnai hidupku dengan warna yang lebih sempurna dibandingkan pelangi, dan
bahkan lebih wangi dibandingkan bunga mawar, dan lebih manis dari madu kembang yang ada di taman.
Saat ini hidupku seperti ini, tapi suatu saat aku yakin
hidupku pasti akan lebih berharga dan lebih indah dari ini. Namun, aku tetap menyerahkan semuanya kepada yang empunya otoritas tertinggi, hanya Tuhan yang
tahu bagaimana aku, kamu,dan mereka
semua kedepannya.
15 April 2013
“Tidak Selamanya Yang Kita Inginkan Harus Tercapai Saat Ini
Juga”